Jumat, 27 Februari 2015

MENJAWAB GUNUNG BERJALAN LAKSANA AWAN


Satu lagi bukti kebenaran AlQuran yang malah tidak di pahami dengan seksama dan justru dijadikan bahan olok-olokan oleh umat kristiani dan juga para penghujat Islam yang lainnya. Yakni ayat AlQuran yang menjelaskan tentang gunung yang berjalan laksana awan. Berikut ini adalah bunyi ayatnya.

Allah berfirman :

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan." (QS. 27:88)

Maha Benar Allah Dengan Segala FirmanNya.

14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur'an disebutkan gunung itu bergerak. Ketika ayat itu turun, banyak manusia (kaum kafir Qureis, Yahudi dan sebagian umat Islam) yang berkerut keningnya. Mengapa tidak? Bagaimana mungkin gunung-gunung yang jelas berdiri kokoh itu dikatakan berjalan? Apalagi berjalan laksana awan! Jangankan orang yang sezaman dengan Rasulullah, bahkan di zaman sekarang pun masih banyak orang-orang yang tidak mengetahui fakta ini.

Tidak mustahil bila banyak kaum kafir mencemooh Rasulullah. Menurut pandangan mereka apa yang tertera dalam Al-Qur’an itu tidak logis dan bertentangan dengan apa yang mereka amati dengan mata telanjang.

Akan tetapi, kaum Muslimin yang benar-benar mengimani Allah dan Rasulullah serta meyakini Al-Qur’an sebagai aksioma kehidupan dan sumber kebenaran tetap mempercayainya, sekalipun pengetahuan belum bisa menjangkau pernyataan Al-Qur’an yang sangat ilmiah tersebut. Mereka menyadari bahwa kebenaran ilmu yang mereka pegang terlalu naif bila dibandingkan dengan kebenaran ilmu Allah Yang Maha Mengetahui.

Jika diperhatikan dengan seksama, nyatalah ayat tersebut secara implisit mengandung keterangan ilmiah tentang sebuah persoalan yang amat penting dalam sejarah ilmu pengetahuan modern. Sebuah revolusi ilmiah yang turut menentukan perkembangan sains dan teknologi masa sekarang, semacam revolusi ideologi ilmu pengetahuan.

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur'an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, dan telah dinyatakan dalam Al Qur'an lebih dari 14 abad silam.

Lalu bagaimana dengan pandangan alkitab mengenai pegunungan? Coba kita baca ayat berikut ini :

Mazmur 114:4 Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba.

Pertanyaan Saya :

1. Bagaimana mungkin pegunungan dengan akar yang menjuang jauh kedalam bisa berlompatan seperti itu?

2. Bagaimana cara pegunungan tersebut melompat?

3. Gunung-gunung yang mana saja yang berlompatan, pegunungan di selurun muka bumi atau hanya pegunungan di wilayah antara Mesir dan Israel?

4. Adakah sisa-sisa atau reruntuhan pegunungan yang berlompatan tersebut?

5. Dan apa yang terjadi pada lempengan bumi dan manusia yang hidup dimasa itu saat pegunungan tersebut berlompatan? Silahkan berikan tanggapan yang ilmiah dan jika ada catatan sejarah yang mencatat mengenai peristiwa yang sangat spektakuler ini, silahkan disematkan juga pada kolom komentar.

Demikianlah apa yg dapat kami sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)

MENJAWAB GUNUNG SEBAGAI PENCEGAH BUMI BERGUNCANG


Orang-orang kristiani dan para penghujat Islam lainnya sering kali menjadikan ayat-ayat AlQuran sebagi bahan olok-olokan. Dalam hal ini mereka mencoba menghina ayat AlQuran yang menjelaskan tentang funsi pegunungan di bumi. Sepanjang sejarah, manusia selalu terpana oleh tinggi dan besarnya gunung. Mereka menganggap gunung adalah tempat suci, tempat bersemayam Tuhan. Orang Jepang Menyakralkan gunung Fuji. Dewa-dewi orang Yunani tinggal di gunung Olympus. Pegunungan Himalaya merupakan tempat dewanya orang India dan Tibet. Gunung Merapi dianggap angker oleh orang Yogyakarta. Gunung Agung tempat dewanya orang Bali. Semua mengaitkan gunung pada fungsi mistik supranatural. Hanya Islam yang menempatkan kembali fungsi gunung secara ilmiah. Dalam Al-Qur’an kita temukan kata gunung sebanyak 49 kali. Di antaranya, 22 ayat menyebutkan fungsi gunung sebagai pasak atau tiang pancang. Pasak atau paku besar adalah benda yang menancap ke dalam. Artinya, kepala pasak yang tampak di luar selalu jauh lebih pendek dibanding panjangnya batang yang terhujam. Ketika agama-agama primitive selama selama ribuan tahun hanya takjub pada ketinggian gunung, Al-Qur’an mementahkan kekaguman sesat mereka itu. Dan berikut ini adalah firman Allah dalam AlQuran yang menjelaskan tentang fungsi pegunungan.

• Surah An-Naba' : 6-7

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak?

• Surah An-Nahl: 15

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,

• Surah Al-Anbiyaa': 31

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

• Surah An-Naml: 61

Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.

• Surah Lukman: 10

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.

Maha Benar Allah Dengan Segala FirmanNya.

Yang perlu kita pahami terlebih dahulu disini adalah, AlQuran tidak pernah menyebutkan bahwa gunung-gunung berfungsi untuk mencegah gempa bumi. Dalam ayat AlQuran dikatakan kalau gunung-gunung itu berfungsi untuk mencegah bumi berguncang. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Mungkin sebagian orang akan bertanya : Jika gunung itu mencegah bumi berguncang. Mengapa malah terjadi banyak guncangan di daerah pegunungan? Pertanyaan ini sama halnya dengan bertanya seperti ini : Jika seorang dokter adalah pencegah penyakit, maka mengapa ada banyak orang yang sakit di rumah sakit. Padahal ada banyak dokter di rumah sakit? Disini AlQuran menjelaskan bahwa gunung-gunung berfungsi sebagai pencegah bumi berguncang, bukan pencegah gempa bumi. Lalu guncangan seperti apa yang dimaksud didalam AlQuran?

Baru beberapa tahun yang lalu para ahli geofisika menemukan bukti bahwa kerak bumi berubah terus. Ketika itu baru ditemukan teori lempeng tektonik (plate tectonics) yang menyatakan banyak pendapat bahwa gunung mempunyai akar yang berperan menghentikan gerakan horizontal lithosfer. Para ilmuan Geologi moderen telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berkali-kali lipat dari ketinggian gunung di atas permukaan tanah. Jadi kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata "pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19. Dalam teori lempeng tektonik menyebutkan bahwa kulit bumi berupa 12 lempeng lithosfer setebal 5 sampai 100 km mengepung di atas substratum plastis (astenosfer), yang tebalnya sampai 3000 km. lempengan itu bergerak secara horizontal dan saling bertabrakan dari waktu ke waktu dan terlipat ke atas dan ke bawah, melahirkan gunung-gunung. Misalnya, tabrakan lempeng India dan lempeng Eurasia menghasilkan formasi rantai pegunungan Himalaya dengan puncak tertingginya gunung Everest setinggi 8,848 km, terbentuk mulai 45 juta tahun yang lalu. Fase akhir terbentuknya gunung ditandai dengan akar yang jauh menancap ke dalam bumi. Hal ini menyebabkan melambatnya pergerakan lempeng lithosfer. Itulah fungsi gunung. Tanpa gunung, gerakan lithosfer akan lebih cepat dan tabrakan antar lempang akan lebih drastis dan akan membahayakan kehidupan.

Para ilmuwan banyak berbeda pendapat dalam memahami peran gunung-gunung dalam mengokohkan bumi. sebab, kendati total keseluruhan massa gunung di atas permukaan bumi sangat besar, ia tetap tidak sebanding dengan massa bumi secara keseluruhan yang bobotnya mencapai kira-kira 1 miliar triliun ton. Bagitu juga ketinggian gunung, meski menjulang, ia tetap tidak sebanding dengan panjang jari-jari (diameter) lingkaran bumi. sebab, selisih antara ketinggian puncak gunung yang tertinggi di dunia (mount everest dengan ketinggian 8.848 M) dengan kedalaman palung yang paling dalam (yaitu palung mariyana di dekat kepulauan Filipina dengan kedalaman sekitar 11 KM) sangat tidak sebanding, padahal radius khatulistiwa bumi mencapai 6378,160 KM. dari situ tampak kemungilan kecekungan dan kecembungan bumi jika dibandingkan dengan radiusnya, dan persentasenya pun tidak lebih dari 0,3 % dari total radius bumi. Dari sini muncul pertanyaan yang menggoda akal, bagaimana mungkin gunung mampu menstabilkan bumi sementara bobot massa dan dimensinya begitu kecil jika dibandingkan dengan massa dan dimensi bumi? Pertanyaan ini baru dapat dijawab pada pertengahan tahun 60-an abad ke-20 ketika hasil penelitian berhasil menemukan bahwa kerak bebatuan bumi terpecah oleh jaring retak yang membentang puluhan ribu kilometer dan yang mengelilingi bumi ini secara keseluruhan dengan kedalaman yang berkisar 65 s/d 150 KM. hal ini mengakibatkan terpecahnya bebatuan bumi menjadi sejumlah lempengan bebatuan yang terpisah satu sama lain dengan tingkat perpecahan masing-masing. Lempengan-lempengan kerak bebatuan bumi ini mengapung di atas lapisan elastis bumi yang semi cair dan memiliki tingkat kepadatan dan kelekatan yang tinggi yang disebut "Lapisan Lunak Bumi".

Pada lapisan lunak ini, arus panas yang bergerak seperti kumparan yang berputar yang sangat kuat mengaktifkan arus-arus pembawa yang mendorong lempengan-lempengan kerak bebatuan bumi untuk menjauh satu sama lain atau berbenturan satu sma lain dengan kecepatan luar biasa yang membuatnya tidak layak di huni oleh makhluk hidup apa pun. Tidak ada yang mampu menenangkan dan menghentikan gerakan-gerakan liar lempengan kerak bebatuan bumi ini selain terbentuknya rangkaian-rangkaian pegunungan selama berfase-fase hingga mencapai fase final yang ditandai dengan digunakannya kedalaman samudera yang memiashkan antara dua benua yang saling berjauhan secara penuh. yaitu dengan mendorong salah satu benua pada kedalaman tersebut di bawah benua yang lain, sehingga kedua benua bertabrakan dan menekan bebatuan yang menggumpal diantara keduanya dalam bentuk rangkaian pegunungan besar yang membentangkan pasak-pasaknya untuk mengokohkan salah satu benua dengan bebatuan yang lain.

Pasak pegunungan juga mengokohkan penopang-penopang yang terpancang di bumi sebagaimana yang terjadi dengan pergeseran ke arah benua Asia, sehingga kedua benua (India dan asia) pun bertabrakan dan menghasilkan terbentuknya pegunungan himalaya sebagai rangkaian pegunungan yang terbaru di muka bumi sekaligus yang paling tinggi. Proses di atas merupakan proses pengokohan massa benua-benua di atas permukaan bumi, sementara mengenai proses pengokohan bumi sebagai planet, sudah diketahui adanya bahwa akibat perputaran bumi pada porosnya, bentuk bumi berubah dari bulat sempurna menjadi elips. kawasan di garis khatulistiwa bumi agak cembung sedangkan kawasan di dua kutub agak datar. kecembungan garis khatulistiwa ini membuat poros putarannya menjadi lambat dan dikenal dengan istilah badariyyah.

Dalam kondisi demikian, poros bumi bergoyang-goyang dan bergerak-gerak dengan gerakan yang berlawanan dengan gerakan bulan dan matahari, juga dengan benda-benda yang bergerak secara konstan dalam takaran dan arah kekuatan yang sama cepat. Gerakan yang cenderung liar ini diperkecil oleh keberadaan gunung-gunung yang memiliki akar yang menancap di kerak bebatuan bumi yang bentangan kedalamannya mencapai 10 hingga 15 kali lipat ketinggiannya di atas permukaan bumi. keberadaan gunung-gunung ini meminimalisir keliaran gerakan atau goyangan poros putar bumi dan menjadikannya lebih stabil dan lebih teratur dalam proses rotasinya mengelilingi porosnya, juga menjadikan goyangan dan gocangannya lebih rendah. persis seperti seperti apa yang dilakukan ruas-ruas timah di sekitar ban mobil yang memperkecil goncangan dan goyangan ban selama ban berputar. Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak bumi. Jadi disini yang dimaksudkan dalam AlQuran bahwa gunung-gunung berfungsi untuk mencegah bumi bergoncang, ialah karena pegunungan mencegah guncangan hebat pada lempengan bumi. Subhanallah! Ayat AlQuran yang selama ini dijadikan bahan olok-olokan oleh para penghujat Islam justru semakin menunjukkan kebenaran AlQuran dan membelalakkan mata para penghujat Islam.

Lalu bagaimana dengan pandangan alkitab mengenai pegunungan? Coba kita baca ayat berikut ini :

Mazmur 114:4 Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba.


Ayub 28:9 Manusia melekatkan tangannya pada batu yang keras, ia membongkar-bangkir gunung-gunung sampai pada akar-akarnya;

1 Raja Raja 19:11 Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu.

Matius 17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.

Matius 21:21 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi.

Markus 11:23 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.

Ayat-ayat diatas menceritakan tentang kejadian ajaib ketika bangsa Israel keluar dari Mesir, kisah tentang penambangan, kisah tentang Elia dan test keimanan.


Pertanyaan Saya :

1. Bagaimana mungkin pegunungan dengan akar yang menjulang jauh kedalam bisa berlompatan seperti itu?

2. Bagaimana mungkin manusia dapat menggali dasar pergunungan sampai ke akar-akarnya, padahal pada akar pegunungan terdapat magma yang amat panas?

3. Mungkinkah gunung yang kokoh bisa terbelah oleh angin?

4. Bagaimana mungkin pegunungan dengan akar yang menjulang jauh kedalam tanah dapat dipindahkan dan ditenggelamkan hanya dengan modal iman sebesar biji sesawi? Dan sudahkan kristiani membuktikan kebenaran test iman tersebut?

5. Dan apa yang terjadi pada lempengan bumi dan manusia yang hidup pada zaman saat pegunungan tersebut berlompatan, terbelah, dibongkar-bangkirkan sampai ke akar-akarnya dan dipindahkan juga ditenggelamkan?


Silahkan berikan tanggapan yang ilmiah dan jika ada catatan sejarah yang mencatat mengenai peristiwa yang sangat spektakuler ini, silahkan disematkan juga pada kolom komentar.

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)

Rabu, 25 Februari 2015

MENJAWAB MARYAM SAUDARA HARUN


Masih saja ada kristen yang bertanya masalah hal ini, Nabi Muhammad saw dulu pun sudah pernah menjawabnya, ketika ada orang-orang kafir menanyakannya, dan menganggap bahwa AlQuran telah salah sejarah. Mereka menganggap bahwa hanya Nabi Harun as yang memiliki nama "Harun".

Nabi Muhammad saw tahu bahwa AlQuran itu benar, dan tahu akan maksud ayat tersebut "MARYAM SAUDARA HARUN", walaupun orang-orang kafir menganggapnya salah sejarah dan menjadikannya sebagai bahan ejekan. Maryam ra memang memiliki saudara yang berprilaku baik dan beramal shaleh bernama Harun. Karena itulah, orang-orang Yahudi yang menganggap Maryam Ibunda Nabi Isa as telah membuat aib dengan kehamilannya, lalu menyinggung masalah itu. Bahwa tidaklah pantas saudara Harun seperti itu. Dan bangsa Israil saat itu seringkali memberi nama anak-anak mereka dengan nama para Nabi.

Al Mughirah bin Syu'bah ia berkata; Ketika aku mendatangi kota Najran, para penduduknya bertanya kepadaku; Sesungguhnya kalian membaca "wahai saudara Harun", padahal Musa hidup sebelum Isa berjarak beberapa tahun.' Maka ketika aku datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku menanyakan hal itu kepada beliau, dan beliaupun menjawab: 'Dulu mereka memberi nama dengan nama-nama para Nabi mereka dan orang-orang shaleh dari kaum sebelum mereka.' (HR. Muslim 3982)

Orang kristen sering menanyakan tentang sebutan "saudara harun" bagi Maryam, ibunda Nabi Isa as. Dan mengangap bahwa pernyataan tersebut adalah bukti dari kesalahan sejarah di dalam AlQuran. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu ditanyakan bila manusia itu mau jujur dan menggunakan akalnya, karena di ata-ayat yang lain AlQuran juga menceritakan bahwa Maryam memang tidaklah hidup sejaman dengan Nabi Harun As, saudara Nabi Musa As. Frase "Saudara Harun", itu juga bisa berarti bahwa Maryam memiliki garis keturunan dan hubungan darah melalui silsilahnya dengan Nabi Harun As. Bukanlah memiliki arti yang secara langsung, bahwa Maryam hidup sejaman dengan Nabi Harun As dan merupakan saudaranya, sama sekali tidak. AlQuran mengisahkan Maryam Ibunda nabi Isa As hidup sezaman dengan nabi Zakaria As, dan bahkan dibawah pemeliharaan beliau.

Allah berfirman :

"Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." (QS. 3:36-37)

Ungkapan yang biasa digunakan pada masa turunkan nabi Isa As tersebut adalah seperti itu. Misalnya sebutan bagi anak keturunan Daud, tentu akan disebut anak-anak Daud, anak keturuanan Nabi Ibrahim tentu juga akan terbiasa disebut sebagai anak-anak Ibrahim. Untuk memperjelas pendapat yang saya sampaikan tersebut diatas, marilah saya tunjukkan hadis nabi, yang menceritakan salah satu Istri beliau yang merupakan seorang keturunan Yahudi. Sehingga oleh nabi Muhammad saw disebut sebagai "PUTRI DARI SEORANG NABI, MEMILIKI PAMAN NABI DAN BERSUAMIKAN SEORANG NABI." Sehingga sama sekali bukan berarti bahwa Shafiah istri nabi tersebut sebenar-benarnya memili bapak dan paman seorang nabi.

Berikut ini hadisnya :

Ma'mar dari Tsabit dari Anas ia berkata; "Sampai berita kepada Shafiah bahwa Hafshah mengatakan bahwa dirinya anak seorang yahudi, " maka Shafiah pun manangis. Setelah itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemuinya sedang ia dalam keadaan menangis, beliau lalu bertanya: "Ada apa denganmu?" ia menjawab, "Hafshah mengataiku; sesungguhnya aku anak seorang yahudi, " lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya engkau adalah putri seorang Nabi, pamanmu seorang Nabi, dan engkau juga menjadi istri seorang Nabi, maka apa alasan dia membanggakan diri atas kamu!" lalu beliau bersabda lagi: "Takutlah engkau kepada Allah wahai Hafshah." (HR. musnad Ahmad 11943)

Hal tersebut adalah sama dengan sebutan Anak daud bagi Yesus, anak-anak Abraham dan juga Anak Allah. Hal-hal sebutan diatas sama sekali bukan sebenar-benarnya "anak Daud", sama sekali bukanlah "anak Abraham" apalagi "anak Allah" sama sekali bukan.

Dan didalam Islam, semua orang yang beriman kepada Allah dan beramal sholeh adalah saudara satu sama lain. Hal ini telah dinukilkan didalam ayat AlQuran sebagai berikut.

Allah berfirman :

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujuraat 10)

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,” (QS. Ali ‘Imran 103-105)

Maha Benar Allah Dengan Segala FirmanNya.

Begitu juga dengan kristen, orang yang beriman kepada Allah dan beramal sholeh adalah saudara Yesus.

Matius 12:50 Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."

Jadi jika kristen masih mempermasalahkan Maryam saudara perempuan Harun, itu artinya mereka tidak mau berkaca pada kitab mereka sendiri. Dan hanya memamerkan MENTAL-MENTAL MUNAFIK seperti apa yang dikatakan oleh Yesus berikut ini :

Lukas 6:42 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)

MENJAWAB MATAHARI TENGGELAM DI LAUT BERLUMPUR HITAM


Kali ini kita akan membahas mengenai ayat Alquran yang mengisahkan seseorang bernama Dzulkarnain yang melihat matahari tenggelam di laut berlumpur hitam. Berikut ini adalah bunyi ayatnya, Allah berfirman :

"Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: `Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka`." (QS. 18:86)

Ayat diatas sering dijadikan ejekan oleh umat kristiani dan para penghujat Islam. Mereka mengklaim bahwa ayat diatas tidak ilmiah atau tidak sejalan dengan sains.

Ayat itu menjelaskan tentang Dzulkarnain, seorang pengembara. Matahari disitu adalah matahari DALAM PANDANGAN SEORANG MANUSIA yang tinggal DI MUKA BUMI, yakni Dzulkarnain.

Tenggelam merupakan makna kias, yang menandakan hari sudah sore. Seperti halnya jika anda pergi ke pantai, saat sore hari Matahari seolah-olah tenggelam di laut (Sunset). Ini mengindikasikan hari sudah sore saat Dzulkarnaen tiba di tepi Laut Hitam.

Ungkapan ‘aynin hami’ dalam ayat diatas yang terdiri dari kata ‘ayn’ = mata air’ dan ‘hami’ = lumpur. Ini dapat berarti pandangan yang kurang jelas atau tipuan penglihatan. Jadi Maknanya jelas dari kalimat “didapatinya Matahari itu terbenam dalam mata air yang berlumpur hitam” adalah didapatinya, “nya” disini adalah Zulkarnaen, jadi Zulkarnaen melihat pandangan yang kurang jelas atau tipuan penglihatan matahari masuk kedalam mata air.

Jika kita melihat matahari terbenam di layar televisi tepat seperti melihat matahari yang tenggelam di dalam laut. Warna-warni di layar berubah ketika matahari tenggelam di atas laut, ini terlihat berwarna keabu-abuan di layar televisi. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang melihat hal ini, pemandangan terlihat seolah-olah tenggelam di dalam lautan berlumpur hitam. Selain itu, ayat ini berhubungan dengan adanya belahan dunia ini. Ketika matahari di satu daerah belahan dunia timur tenggelam di sebelah barat, maka ditempat terbenamnya matahari itupun kita akan menemukan sekumpulan manusia di belahan bumi barat dan disini kita akan menemukan matahari malah terbit.

Jadi ayat diatas sebenarnya menerangkan tentang waktu. Waktu dimana hari sudah sore. Bahwa ketika Dzulkarnain tiba di tepian laut Hitam dia melihat Matahari tenggelam (Sunset).

Dan jika ditelaah lebih lanjut maka ayat tersebut justru merupakan ISYARAT (clue of science) yang menjelaskan bahwa BUMI itu adalah BULAT, karena jika bumi tidak bulat maka tak akan pernah bisa terjadi peristiwa SUNSET tersebut. Jadi sudah sangat jelas bahwa dalam hal ini Alquran tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

Lalu bagaimana keterangan dalam alkitab mengenai matahari? Apakah sudah sesuai dengan ilmu pengetahuan modern? Mari kita baca ayat berikut ini :


Yosua
10:12 Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!"
10:13 Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh.

Ayat diatas memberikan keterangan kepada kita bahwa alkitab menganut paham teori GEOSENTRIS. Yakni bumi sebagai pusat tata surya dan matahari mengelilingi bumi. Bisa dilihat dari ayat diatas dimana dikatakan bahwa matahari BERHENTI dan tidak bergerak. Ketika waktu malam dan siang terjadi begitu lama karena adanya keberhentian rotasi. Maka mana yang berhenti berotasi, matahari atau bumi? Tentu saja bumi, karena terjadinya siang dan malam itu dikarenakan rotasi bumi yang mengelilingi matahari. Dan hal ini kita kenal sebagai teori HELIOSENTRIS, yang sudah dibuktikan keakuratannya dari sudut pandang ilmu pengetahuan.

Seperti yang kita semua tahu, bumi berputar pada porosnya, sehingga kita mengalami siang dan malam. Lalu apa yang akan terjadi jika bumi tiba-tiba berhenti berputar?

• Semuanya Akan Meluncur pada Lintasan Balistik.

Hal pertama yang perlu diperhitungkan adalah momentum dari semua yang ada di permukaan bumi. Kita semua ditekan oleh gravitasi dan bergerak melalui ruang angkasa dengan kecepatan rotasi dari 1674,4 km/jam (di khatulistiwa). Kita memang tidak merasakannya, karena momentum. Sama seperti tidak merasanya kita saat bergerak bersama mobil yang melaju di jalan raya. Tapi kita akan merasakan efeknya jika mobil tiba-tiba berhenti, atau me-rem mendadak. Jadi, jika bumi tiba-tiba berhenti berputar, semua yang ada di permukaan khatulistiwa bumi tiba-tiba akan bergerak dengan kecepatan awal lebih dari 1.600 km/jam ke timur. Kecepatan lepas dari Bumi adalah sekitar 40.000 km/jam, jadi kecepatan diatas tidak cukup untuk membuat kita terbang ke luar angkasa. Namun hal ini jelas akan menyebabkan beberapa kerusakan yang mengerikan karena segala sesuatu terbang dengan lintasan balistik ke timur. Bayangkan air lautan di khatulistiwa tiba-tiba bergerak ke timur dengan laju 1.600 km/jam. Hal yang sama juga dialami oleh udara yang akan menyebabkan badai terdahsyat yang pernah terjadi!

Kecepatan rotasi bumi menurun jika kita jauh dari khatulistiwa, ke arah kutub. Sehingga jika kita berada lebih ke selatan atau lebih ke utara dari khatulistiwa, maka kecepatan awal gerak kita saat bumi tiba-tiba berhenti berotasi, akan lebih kecil dari 1600 km/jam. Semakin kita lebih dekat dengan kutub bumi, kecepatan awal kita akan semakin kecil, bahkan jika kita berdiri tepat di kutub utara atau kutub selatan, kita akan nyaris tidak merasakannya.

• Bumi Takkan Terlindungi Dari Radiasi-Radiasi Yang Berbahaya bagi Kehidupan

Jika Bumi berhenti berputar, tidak akan ada lagi medan magnet bumi, karena rotasi bumilah yang memutar inti logam cair bumi dan menghasilkan medan magnet. Akibatnya, tidak akan ada lagi Aurora dan sabuk radiasi Van Allen yang melindungi kita dari sinar kosmik dan partikel berenergi tinggi lainnya, akan lenyap. Hal seperti ini akan menghancurkan Kehidupan di planet Bumi secara signifikan.

Maka dari data ilmiah tersebut, tentu saja kehidupan di bumi telah musnah semenjak kejadian itu terjadi. Toh buktinya ketika matahari dikatakan berhenti bergetak dan mengakibatkan waktu dalam satu hari berjalan lebih lamban, manusia masih hidup di masa itu. Jadi bagaimana mungkin hal itu terjadi? Tentu saja hal itu tidak ilmiah, disini kisah berhentinya matahari dan bulan dalam alkitab lebih tepat jika disebut dongeng. Dan hanya anak-anak yang daya pikirnya memang rendah, yang mau mempercayai dongeng sebagai kebenaran.

Ayat yang lain yang mendukung bahwa alkitab menganut teori geosentris diantaranya adalah sbb :

Habakuk 3:11 Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, karena cahaya anak-anak panah-Mu yang melayang laju, karena kilauan tombak-Mu yang berkilat.

Mazmur
19:4 (19-5) tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari
19:5 (19-6) yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.
19:6 (19-7) Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya.

Pada kitab Mazmur diatas malah semakin menegaskan bahwa matahari itu BEREDAR MENGELILINGI BUMI.

Nah mengapa alkitab justru terdapat kesalahan dalam bidang sains? Bukankah kitab suci yang membahas tentang sains harus teruci secara ilmiah?

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)

Selasa, 24 Februari 2015

MENGAPA ALLAH MENYEBUT DIRINYA KAMI?


Pertanyaan ini sering dilontarkan oleh umat kristiani dalam grup-grup atau forum perdebatan lintas agama. Khususnya bagi mereka yang masih awam atau amatiran dalam dunia perdebatan lintas agama. Umumnya mereka akan bertanya seperti ini :

"Mengapa Allah dalam Alquran menyebut diriNya kami? Bukankah kami itu bentuk jamak, berarti Tuhannya umat Islam lebih dari satu dong?"

Untuk menjawab hal ini, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu bahwa di dalam Al-Qur'an, Allah menggunakan kata "Kami" dan "Aku" sebagai kata ganti orang pertama yang mengacu kepada Allah sendiri. Jawaban yang paling populer adalah, "Ketika Allah menggunakan kata 'Kami', itu berarti pada saat itu Allah melibatkan pihak lain, contohnya melibatkan malaikat Jibril. Dan jika menggunakan kata 'Aku' berarti dalam aktivitasnya merupakan hak prerogatif Allah". Dan hal jawaban seperti ini juga digunakan oleh umat Islam untuk menjawab pertanyaan diatas.

Akan tetapi, bagaimana dengan surah Al-Baqarah ayat 34 yang berbunyi : "dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat ..." atau di surah Al-Baqarah ayat 52 yang mengatakan : "Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur". Apakah "Kami" disini berarti Allah dan malaikat Jibril? Apakah malakat Jibril "berfirman"? atau apakah malaikat Jibril "memaafkan"? Kalau bukan, Allah dengan siapakah "Kami" dalam konteks ayat-ayat ini? Atau mengapa terkadang Allah menggunakan kata "Ayaatiina (ayat-ayat Kami)" dan terkadang pula Ayaati (Ayat-ayat Ku)"?

Melihat kembali kepada sejarah, sepatutnya kita bertanya, "Apakah ada riwayat yang menceritakan bahwa ada mempertanyakan mengapa Allah mengunakan kata 'Kami', seperti ketika Allah mengatakan Ayaatina (ayat-ayat Kami), bukannya ayaati (Ayat-ayat Ku)?". Saya sendiri belum menemukan ada riwayat sahih yang menceritakan demikian. Di jaman Rasulullah memang para sahabat memegang prinsip sami'na wa atho'na (kami mendengar dan kami taat), akan tetapi bukan berarti mereka tidak pernah bertanya. Sangat banyak riwayat hadis yang menceritakan bagaimana sahabat mempertanyakan atau meminta penjelasan mengenai sesuatu.

Jadi, mengapa tidak ada riwayat yang mengatakan bahwa sahabat mempertanyakan mengapa Allah menggunakan kata "Kami" yang berarti jamak? Sedangkan hal ini berhubungan dengan akidah tauhid yang diperjuangkan oleh Rasulullah, sebagaimana yang diperjuangkan nabi-nabi terdahulu, bahwa Allah itu Ahad, satu, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Jika ada seseorang mengatakan "Tuhan itu satu, hanya ada satu Tuhan" kepada sekelompok masyarakat yang memiliki banyak Tuhan, kemudian dia mengemukakan ayat dimana ayat tersebut menggunakan kata "Kami" yang mengacu kepada Tuhan, tidakkah hal tersebut akan menjadi pertanyaan baik bagi pengikutnya saat itu maupun bagi orang-orang yang tidak mau mengikutinya? "Kau mengatakan Tuhan itu satu, tapi kau bilang pada saat Tuhan berkata, Dia menggunakan kata Kami..."

Jawabannya, karena tidak ada satupun orang pada masa Rasulullah yang menganggap "Kami" yang mengacu kepada Allah di dalam Al-Qur'an sebagai sesuatu yang jamak. Di beberapa bahasa di dunia, khususnya bahasa semit dan turunannya (misalnya Ibrani, Arab, dan Urdu) adalah biasa menggunakan bentuk jamak untuk mengacu kepada sesuatu yang tunggal, sebagai bentuk penghargaan, penghormatan atau pengagungan.

Contohnya, di dalam Bibel kitab "Kejadian (bereshit)" yang merupakan kitab pertama dalam Bibel (salah satu dari lima kitab yang dianggap sebagai Torah atau Taurat) yang merupakan kitab suci orang-orang Yahudi dan Kristen, ayat pertama pasal kesatu nya berbunyi "Bereshit bara Elohim et hashamayim ve'et ha'arets (Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi). Dalam bahasa ibrani untuk menandakan bentuk jamak, ditambahkan kata "-im" di belakang kata benda. Bahasa ibrani untuk "Tuhan" adalah "Eloh" atau "Elah". Elohim berarti "banyak tuhan". Tetapi tanyakan kepada setiap orang Yahudi, apakah "Elohim" berarti "banyak tuhan"? Tentu saja mereka akan menjawab "Tidak". Tidak ada satupun Bibel dari ribuan terjemahan di seluruh dunia yang menterjemahkan Elohim sebagai "Tuhan-Tuhan" atau "Gods".

Atau ketika di ayat ke-26 pasal kesatu kitab kejadian yang mengatakan "Vayomer Elohim [jamak] na'aseh [jamak] adam betsalmenu [jamak]... (Tuhan berfirman, "Marilah Kita membuat (na'aseh) manusia (adam) menurut gambar Kita (betsalmenu) ...). Tanyakan ke setiap orang Yahudi apakah ayat ke 26 pasal kesatu kitab kejadian ini menyatakan bahwa Tuhan itu lebih dari satu? Dengan tegas mereka akan mengatakan "tidak" (Kita mungkin akan memperoleh jawaban yang berbeda jika yang kita tanya adalah orang Kristen, akan tetapi tentu saja Perjanjian Lama hadir dan tumbuh dalam bahasa dan tradisi Yahudi, jauh sebelum Kristen muncul)

Mengapa? padahal kesemuanya menggunakan bentuk jamak. Jawabannya, karena itu merupakan bentuk pengagungan, pemuliaan Tuhan kepada diri-Nya. Sudah suatu hal yang lazim dalam bahasa Ibrani maupun Arab untuk menggunakan sesuatu yang jamak pada bentuk tunggal untuk menghormati bentuk tunggal tersebut. Dalam bahasa Inggris, ini disebut dengan "Majestic Plural", "The royal 'We'", atau "editorial we"

Dijabarkan di dalam wikipedia mengenai definisi "Majestic Plural" : The majestic plural (pluralis maiestatis/majestatis in Latin, literally, "the plural of majesty," maiestatis being in the genitive case), is the use of a plural pronoun to refer to a single person holding a high office, such as a monarch, bishop, or pope. (http://en.wikipedia.org/wiki/Majestic_plural). Hal senada juga dapat dilihat di http://wordsmith.org/words/nosism.html ataupun kamus-kamus online maupun offline lainnya

Jadi, penggunaan kata "Kami" dalam Al-Qur'an tidaklah berarti bahwa Allah itu lebih dari satu, akan tetapi lebih kepada bentuk bahasa. Di Indonesia, dimana Majestic Plural ini tidak (atau jarang) digunakan, hal ini wajar menjadi pertanyaan, akan tetapi kita harus kembalikan kepada bahasa aslinya. Apalagi dalam bahasa Al-Qur'an, penggunaan "Kami" sebagai kata ganti Allah adalah tidak langsung sebagai subjek, akan tetapi sebagai penambahan partikel bentuk plural orang pertama. Contohnya : ketika Allah berkata "Kami berfirman", bahasa arabnya adalah "Qulnaa" yang secara harfiah berarti "berkata kami" dan tidak dihitung sebagai dua kata, akan tetapi satu kata kerja (bentuk tunggalnya adalah "Qultu"). Struktur seperti ini tidak sama dengan yang ada di Indonesia, dan di masyarakat Timur Tengah, struktur seperti ini sering dimanfaatkan sebagai Majestic Plural.

Kita ambil contoh lagi, ketika ada seorang Presiden Indonesia yang sedang berpidato dihadapan ratusan juta rakyatnya. Dan presiden tersebut banyak menggunakan kata "Kami" yang ditujukan untuk dirinya sendiri, lantas apakah masyarakat Indonesia akan bingung dan bertanya. "Presidennya satu kok berkata kami?" Tentu saja tidak, karena kita tahu bahwa presiden tersebut menggunakan kata "Kami" untuk dirinya, sebagai bentuk pengagungan untuk dirinya karena beliau lah yang memimpin, berkuasa dan mempunyai otoritas tertinggi dalam negara Indonesia. Saya pribadi juga sering menggunakan kata "Kami" yang saya tujukan untuk diri sediri, ketika saya menulis artikel di blog pribadi saya. Hal itu ditujukan bahwa yang berkuasa memimpin blog tersebut adalah saya.

Jadi, mengapa Allah kadang-kadang menggunakan kata "Kami" kadang-kadang menggunakan kata "Aku"? Ketika Allah menggunakan kata "Kami", pada saat itu Allah sedang menunjukkan kebesaran, keagungan, dan kemahaan-Nya. Sehingga kata-kata "Kami" banyak digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan seperti penciptaan alam semesta, atau ketika Allah mengatakan mengenai ayat-ayat (tanda-tanda)-Nya yg berada di alam. Atau ketika Allah mengatakan "Kami maafkan", saat itu Allah sedang mengagungkan Diri-Nya sebagai Maha Pemaaf.

Sedangkan ketika Allah menggunakan kata "Aku", Allah sedang menegaskan ketunggalan-Nya, hanya Dia, keunikan-Nya. Jadi ketika Allah mengatakan "ayaati (ayat-ayat-Ku) di beberapa tempat dalam Al-Qur'an, bukannya "ayaatiina (ayat-ayat Kami)" sebagaimana yang digunakan di banyak tempat yg lainnya dalam Al-Qur'an, Allah ingin menegaskan bahwa semua tanda-tanda, semua ayat-ayat itu adalah milik-Nya semata. Juga ketika mengisahkan mengenai kutipan percakapan Allah dengan nabi-nabi terdahulu seperti Musa as dan Ibrahim as, kata "Aku" juga banyak digunakan. Wallahu a'lam.

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)

BERAPAKAH USIA AISYAH SAAT MENIKAH DENGAN RASULULLAH?


Pertanyaan ini muncul mengingat adanya beberapa hadits yg mengisahkan pernikahan Aisyah ra dengan Rasulullah pada usia dini, sekitar 6-9 tahuh. Hati-hati terhadap Fitnah Keji Kaum yang Memusuhi Islam Tentang Pernikahan Nabi Muhammad dengan Siti Aisyah 6 tahun yang digunakan untuk Propaganda Menjauhkan Umat Islam dan Cintanya kepada Rasulullah Muhammad saw yang mulia.

Meluruskan Fitnah Kubro kaum Kafir Tentang Pernikahan Nabi Muhammad dengan Siti Aisyah Seorang teman kristen suatu kali bertanya ke saya :

"Akankah anda menikahkan saudara perempuanmu yang berumur 7 tahun dengan seorang tua berumur 50 tahun?”

Saya terdiam. Dia melanjutkan :

"Jika anda tidak akan melakukannya, bagaimana bisa anda menyetujui pernikahan gadis polos berumur 7 tahun, Aisyah, dengan Nabi anda?”

Saya katakan padanya :

"Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaan anda pada saat ini.”

Teman saya tersenyum dan meninggalkan saya dengan guncangan dalam batin saya akan agama saya. Kebanyakan muslim menjawab bahwa pernikahan seperti itu diterima masyarakat pada saat itu. Jika tidak, Orang-orang akan merasa keberatan dengan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah.

Bagaimanapun, penjelasan seperti ini akan mudah menipu bagi orang-orang yang naif dalam mempercayainya.Tetapi, saya tidak cukup puas dengan penjelasan seperti. Nabi merupakan manusia tauladan, Semua tindakannya paling patut dicontoh sehingga kita, Muslim dapat meneladaninya.

Bagaimanapun, kebanyakan orang di Islam termasuk saya, Tidak akan berpikir untuk menunangkan saudara perempuan kita yang berumur 7 tahun dengan seorang laki-laki berumur 50 tahun. Jika orang tua setuju dengan pernikahan seperti itu, kebanyakan orang, walaupun tidak semuanya, akan memandang rendah terhadap orang tua dan suami tua tersebut.

Tahun 1923, pencatat pernikahan di Mesir diberi intruksi untuk menolak pendaftaran dan menolak mengeluarkan surat nikah bagi calon suami berumur dibawah 18 tahun , dan calon isteri dibawah 16 tahun. Tahun 1931, Sidang dalam oraganisasi-oraganisi hukum dan syariah menetapkan untuk tidak merespon pernikahan bagi pasangan dengan umur diatas (Women in Muslim Family Law, John Esposito, 1982). Ini memperlihatkan bahwa walaupun di negara Mesir yang mayoritas Muslim pernikahan usia anak-anak adalah tidak dapat diterima.

Jadi, Saya percaya, tanpa bukti yang solidpun selain perhormatan saya terhap Nabi, bahwa cerita pernikahan gadis brumur 7 tahun dengan Nabi berumur 50 tahun adalah mitos semata. Bagaimanapun perjalanan panjang saya dalam menyelelidiki kebenaran atas hal ini membuktikan intuisi saya benar adanya.

Nabi memang seorang yang gentleman. Dan dia tidak menikahi gadis polos berumur 7 atau 9 tahun. Umur Aisyah telah dicatat secara salah dalam literatur hadist. Lebih jauh, Saya pikir bahwa cerita yang menyebutkan hal ini sangatlah tidak bisa dipercaya. Beberapa hadist (tradisi Nabi) yang menceritakan mengenai umur Aisyah pada saat pernikahannya dengan Nabi, hadist-hadist tsb sangat bermasalah.

Saya akan menyajikan beberapa bukti melawan khayalan yang diceritakan Hisyanm ibnu `Urwah dan untuk membersihkan nama Nabi dari sebutan seorang tua yang tidak bertanggung jawab yang menikahi gadis polos berumur 7 tahun.

BUKTI 1 : PENGUJIAN TERHADAP SUMBER

Sebagaian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak di hadist yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisham ibn `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari Bapaknya, Yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga. Adalah aneh bahwa tak ada seorangpun yang di Medinah, dimana Hisham ibn `Urwah tinggal, sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Medinah termasuk yang kesohor Malik ibn Anas, tidak menceritakan hal ini. Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, dimana Hisham tinggal disana dan pindah dari Medinah ke Iraq pada usia tua.
Tehzibu’l-Tehzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibn Shaibah mencatat : ” Hisham sangat bisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq ” (Tehzi’bu’l-tehzi’b, Ibn Hajar Al-`asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50).

Dalam pernyataan lebih lanjut bahwa Malik ibn Anas menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq: ” Saya pernah dikasih tahu bahwa Malik menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq” Tehzi’b u’l-tehzi’b, IbnHajar Al- `asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, Vol.11, p. 50).

Mizanu’l-ai`tidal, buku lain yang berisi uraian riwayat hidup pada periwayat hadist Nabi saw mencatat: “Ketika masa tua, ingatan Hisham mengalami kemunduran yang mencolok” (Mizanu’l-ai`tidal, Al-Zahbi, Al-Maktabatu’l-athriyyah, Sheikhupura, Pakistan, Vol. 4, p. 301).

KESIMPULAN: berdasarkan referensi ini, Ingatan Hisham pada saat meriwayatkan usia pernikahan Aisyah ra, beliau sudah lanjut usia dan kemungkinan beliau sudah agak pikun. Jadi riwayatnya setelah pindah ke Iraq sangat tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Aisyah adalah tidak kredibel.

KRONOLOGI : Adalah vital untuk mencatat dan mengingattanggal penting dalam sejarah Islam:pra-610 M: Jahiliya (pra-Islamic era) sebelum turun wahyu610 M: turun wahyu pertama AbuBakr menerima Islam 613 M: Nabi Muhammad mulai mengajar ke Masyarakat615 M: Hijrah ke Abyssinia.616 M: Umar bin al Khattab menerima Islam.620 M: dikatakan Nabi meminang Aisyah622 M: Hijrah ke Yathrib, kemudian dinamai Medina623/624 M: dikatakan Nabi saw berumah tangga dengan Aisyah

BUKTI 2 : MEMINANG

Menurut Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun.

Tetapi, di bagian lain, Al-Tabari mengatakan: “Semua anak Abu Bakr (4 orang) dilahirkan pada masa jahiliyah dari 2 isterinya ” (Tarikhu’l-umam wa’l-mamlu’k, Al-Tabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic, Dara’l-fikr, Beirut, 1979).

Jika Aisyah dipinang 620M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga tahun 623/624 M (usia 9 tahun), ini mengindikasikan bahwa Aisyah dilahirkan pada 613 M. Sehingga berdasarkan tulisan Al- Tabari, Aisyah seharusnya dilahirkan pada 613M, Yaitu 3 tahun sesudah masa jahiliyah usai (610 M).

Tabari juga menyatakan bahwa Aisyah dilahirkan pada saat jahiliyah. Jika Aisyah dilahirkan pada era Jahiliyah, seharusnya minimal Aisyah berumur 14 tahun ketika dinikah. Tetapi intinya Tabari mengalami kontradiksi dalam periwayatannya.

KESIMPULAN : Al-Tabari tak reliable mengenai umur Aisyah ketika menikah.

BUKTI 3 : PERBANDINGAN UMUR AISYAH DENGAN UMUR FATIMAH

Menurut Ibn Hajar, “Fatima dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun… Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah ” (Al-isabah fi tamyizi’l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu’l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).

Jika Statement Ibn Hajar adalah factual, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.

KESIMPULAN : Ibn Hajar, Tabari, Ibn Hisham, dan Ibn Humbal kontradiksi satu sama lain. Tetapi tampak nyata bahwa riwayat Aisyah menikah usia 7 tahun adalah mitos tak berdasar.

BUKTI 4 : UMUR AISYAH JIKA DIHITUNG DARI UMUR ASMA'

Menurut Abda’l-Rahman ibn abi zanna’d: “Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah (Siyar A`la’ma’l-nubala’, Al-Zahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic, Mu’assasatu’l-risalah, Beirut, 1992).

Menurut Ibn Kathir: “Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya [Aisyah]” (Al-Bidayah wa’l-nihayah, IbnKathir, Vol. 8, p. 371,Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah, 1933).

Menurut Ibn Kathir: “Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut iwayat lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau bebrapa hari lebih dari 20 hari, atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia berusia 100 tahun” (Al-Bidayah wa’l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al- jizah, 1933)

Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani: “Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 or 74 H.” (Taqribu’l-tehzib, Ibn Hajar Al-Asqalani,p. 654, Arabic, Bab fi’l-nisa’, al-harfu’l-alif, Lucknow).

Menurut sebagaian besar ahli sejarah, Asma, Saudara tertua dari Aisyah berselisuh usia 10 tahun. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun dia tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (622M).

Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (ketika Aisyah berumah tangga), Aisyah seharusnya berusia 17 atau 18 tahun. Jadi, Aisyah, berusia 17 atau 18 tahun ketika hijrah pada taun dimana Aisyah berumah tangga.

Berdasarkan Hajar, Ibn Katir, and Abda’l-Rahman ibn abi zanna’d, usia Aisyah ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun. Dalam bukti 3, Ibn Hajar memperkirakan usia Aisyah 12 tahun dan dalam bukti 4 Ibn Hajar mengkontradiksi dirinya sendiri dengan pernyataannya usia Aisyah 17 atau 18 tahun. Jadi mana usia yang benar ? 12 atau 18?

KESIMPULAN : Ibn Hajar tidak valid dalam periwayatan usia Aisyah.

BUKTI 5: PERANG BADAR DAN UHUD

Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab karahiyati’l-isti`anah fi’l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: “ketika kita mencapai Shajarah”. Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar. Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab Ghazwi’l-nisa’ wa qitalihinnama`a’lrijal): “Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb].”Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud and Badr.

Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu’l-maghazi, Bab Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b): “Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb.”

Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 years akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perangm, dan (b) Aisyah ikut dalam perang badar dan Uhud

KESIMPULAN : Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.

BUKTI 6: SURAT AL-QAMAR

Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: “Saya seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar diturunkan(Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).

Surat 54 dari Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah(The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 di tahun 623 M or 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (sibyah in Arabic) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan. Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir ketika pewahyuan Al-Qamar. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane’s Arabic English Lexicon).

Jadi, Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karean itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikah Nabi.KESIMPULAN: riwayat ini juga mengkontra riwayat pernikahan Aisyah yang berusia 9 tahun.

BUKTI 7 : TERMINOLOGI BAHASAA ARAB

Menurut riwayat dari Ahmad ibn Hanbal, sesudah meninggalnya isteri pertama Rasulullah, Khadijah, Khaulah datang kepada Nabi dan menasehati Nabi untuk menikah lagi, Nabi bertanya kepada nya ttg pilihan yang ada di pikiran Khaulah. Khaulah berkata: “Anda dapat menikahi seorang gadis (bikr) atau seorang wanita yang pernah menikah (thayyib)”. Ketika Nabi bertanya ttg identitas gadis tsb (bikr), Khaulah menyebutkan nama Aisyah.

Bagi orang yang paham bahasa Arab akan segera melihat bahwa kata bikr dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk gadis belia berusia 9 tahun. Kata yang tepat untuk gadis belia yangmasih suka bermain-main adalah, seperti dinyatakan dimuka, adalah jariyah. Bikr disisi lain, digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah serta belum punya pertautan pengalaman dengan pernikahan, sebagaiaman kita pahami dalam bahasa Inggris “virgin”. Oleh karean itu, tampak jelas bahwa gadis belia 9 tahun bukanlah “wanita” (bikr) (Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol. 6, p. .210,Arabic, Dar Ihya al-turath al-`arabi, Beirut).

KESIMPULAN : Arti literal dari kata, bikr (gadis), dalam hadist diatas adalah “wanita dewasa yang belum punya pengalaman sexual dalam pernikahan.” Oleh karean itu, Aisyah adalah seorang wanita dewasa pada waktu menikahnya.

BUKTI 8 : TEXT QUR'AN

Seluruh muslim setuju bahwa Quran adalah buku petunjuk. Jadi, kita perlu mencari petunjuk dari Qur’an untuk membersihkan kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam mengenai usia Aisyah dan pernikahannya. Apakah Quran mengijinkan atau melarang pernikahan dari gadis belia berusia 7 tahun?

Tak ada ayat yang secara eksplisit mengijinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat , yang bagaimanapun, yang menuntun muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim. Petunjuk Qur’an mengenai perlakuan anak Yatim juga valid doaplikasikan ada anak kita sendiri sendiri. Ayat tsb mengatakan :

"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." (QS. 4:5)

"Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya." (QS. 4:6)

Dalam hal seorang anak yang ditingal orang tuanya, Seorang muslim diperintahkan untuk (a) memberi makan mereka, (b) memberi pakaian, (c) mendidik mereka, dan (d) menguji mereka thd kedewasaan “sampai usia menikah” sebelum mempercayakan mereka dalam pengelolaan keuangan.

Disini, ayat Qur’an menyatakan tentang butuhnya bukti yang teliti terhadap tingkat kedewasaan intelektual dan fisik melalui hasil test yang objektif sebelum memasuki usia nikah dan untuk mempercayakan pengelolaan harta-harta kepada mereka.

Dalam ayat yang sangat jelas diatas, tidak ada seorangpun dari muslim yang bertanggung jawab akan melakukan pengalihan pengelolaan keuangan pada seorang gadis belia berusia 7 tahun.

Jika kita tidak bisa mempercayai gadis belia berusia 7 tahun dalam pengelolaan keuangan, Gadis tsb secara tidak memenuhi syarat secara intelektual maupun fisik untuk menikah. Ibn Hambal (Musnad Ahmad ibn Hambal, vol.6, p. 33 and 99) menyatakan bahwa Aisyah yang berusia 9 tahun lebih tertarik untuk bermain dengan mainannya daripada mengambi tugas sebagai isteri.

Oleh karena itu sangatlah sulit untuk mempercayai, bahwa Abu Bakar, seorang tokoh muslim, akan menunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 taun dengan Nabi yang berusia 50 tahun. Sama sulitnya untuk membayangkan bahwa Nabi menikahi seorang gadis belia berusia 7 tahun.

Sebuah tugas penting lain dalam menjaga anak adalah mendidiknya. Marilah kita memunculkan sebuah pertanyaan,” berapa banyak di antara kita yang percaya bahwa kita dapat mendidik anak kita dengan hasil memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 atau 9 tahun?” Jawabannya adalah Nol besar.

Logika kita berkata, adalah tidak mungkin tugas mendidik anak kita dengan memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 tahun, lalu bagaimana mana mungkin kita percaya bahwa Aisyah telah dididik secara sempurna pada usia 7 tahun seperti diklaim sebagai usia pernikahannya?

Abu Bakar merupakan seorang yang jauh lebih bijaksana dari kita semua, Jadi dia akan merasa dalam hatinya bahwa Aisyah masih seorang anak-anak yang belum secara sempurna sebagaimana dinyatakan Qur’an. Abu Bakar tidak akan menikahkan Aisyah kepada seorangpun. Jika sebuah proposal pernikahan dari gadis belia dan belum terdidik secara memuaskan datang kepada Nabi, Beliau akan menolak dengan tegas karean itu menentang hukum-hukum Quran.

KESIMPULAN : Pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun akan menentang hukum kedewasaan yang dinyatakan Quran. Oleh karean itu, Cerita pernikahan Aisyah gadis belia berusia 7 tahun adalah mitos semata.

BUKTI 9 : IJIN DALAM PERNIKAHAN

Seorang wanita harus ditanya dan diminta persetujuan agar pernikahan yang dia lakukan menjadi syah (Mishakat al Masabiah, translation by James Robson, Vol. I, p. 665). Secara Islami, persetujuan yang kredible dari seorang wanita merupakan syarat dasar bagi kesyahan sebuah pernikahan.

Dengan mengembangkan kondisi logis ini, persetujuan yang diberikan oleh gadis belum dewasa berusia 7 tahun tidak dapat diautorisasi sebagai validitas sebuah pernikahan.

Adalah tidak terbayangkan bahwa Abu Bakar, seorang laki-laki yang cerdas, akan berpikir dan mananggapi secara keras tentang persetujuan pernikahan gadis 7 tahun (anaknya sendiri) dengan seorang laki-laki berusia 50 tahun.

Serupa dengan ini, Nabi tidak mungkin menerima persetujuan dari seorang gadis yang menurut hadith dari Muslim, masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika berumah tangga dengan Rasulullah.
:
KESIMPULAN : Rasulullah tidak menikahi gadis berusia 7 tahun karena akan tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan islami ttg klausa persetujuan dari pihak isteri. Oleh karean itu, hanya ada satu kemungkinan Nabi menikahi Aisyah seorang wanita yang dewasa secara intelektual maupun fisik.

Demikianlah apa yg dapat kami sampaikan, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)

MENGAPA ISLAM MEMBOLEHKAN SUAMI MEMUKUL ISTRI?


Mungkin mendengar hal ini, sebagian orang akan berpikir bahwa Islam itu ngajarin orang gak bener. Suami kok dibolehkan mukulin istri? Tapi jika kita mau melihat konteksnya dan berpikir realistis, tanpa adanya kemunafikan dalam hati. Maka kita akan paham bahwa pembolehan suami memukul Istri adalah suatu ajaran yang tidaklah buruk, justru sebaliknya bisa dianggap sangat baik. Dan berikut ini adalah perintah Allah dalam Alquran kepada seorang suami agar memukul istrinya. Allah berfirman :

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya’ maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. An-Nisaa : 34)

Kita mulai dengan apa yang dimaksud oleh ayat ini sebelum menjawab pertanyaan tersebut. Ayat yang mulia ini berbicara tentang kokondisi istri yang nusyuz atau membangkang terhadap suaminya. Lantas apa yang di maksud dengan nusyuz dan apa yang jalan keluar yang di gambarkan oleh ayat yang mulia ini?

Ibnu Jarir Ath-Thabari, guru para ahli tafsir, mengatakan “ makna firman Allah “nusyuzahun”, adalah sikap mereka yang membangkang terhadap suami mereka, keengganan mereka melayani suami mereka di atas ranjang, serta bantahan mereka dalam perkara perkara yang semestinya mereka patuhi karena kebencian mereka dan karena ketidak patuhan mereka ke pada para suami. ‘Makna ini dinukil dari Abdullah bin Abbas Zaid, As-Sa’di,Atha’, dan imam imam terkemuka lain.

Adapun jalan keluarnya harus sesuai dengan urutan yang ada pada ayat di atas : di mulai dari nasihat, lalu pisah ranjang, jika belum patuh maka alternatif terakhir yaitu dengan pukulan ringan.

Firman Allah “ Maka nasehatilah mereka(para istri)…´ maksudnya ingatkan mereka terhadap ancaman Allah bagi yang melakukan larangan-Nya. Dalam hal ini larangan mendurhakai suami dalam perkara yang semestinya di patuhi.

Banyak sekali pendapat yang muncul dalam menafsirkan kata “pisahkan mereka di tempat tidur mereka” dalam ayai ini. Ada yang berpendapat tidak melakukan hubungan swami istri, tetapi masih di atas satu kasur (beradu punggung ketika tidur). Ada yang berpendapat tidak bercakap-cakap dengan istri ketika istri tidak mau melayani suami sampai mau melayaninya, ada juga yang berpendapat pisah ranjang dalam arti yang sebenarnya, yaitu tidak tidur dalam satu kamar. Namun semua ulama’ bersepakat bahwa pemisahan hanya terjadi dalam satu rumah. Seorang suami tidak boleh meninggalkan rumahnya secara total.

Rosulullah bersabda :

‘suami tidak boleh memisahkan diri selain dalam rumah’

Firman Allah “ dan pukullah mereka…” adalah jalan keluar terakir, semua ahli tafsir sepakan bahwa pukulan yang di lakukan adalah pukulan ringan. Mereka mencontohkan pemukulan menggunakan siwak atau semisalnya.

Inilah makna ayat di atas. Oleh karena itu, perlu kita perhatikan beberapa perkara berikut :

Istri enggan memetuhi suaminya. Keengganan itu bisa jadi keangkuhan, pembangkangan, atau kesombungan. Tentunya selama suami tidak menyuruh berbuat maksiat atau membebaninya di luar kemampuannya. Jika Allah tidak membebani hamba-Nya diluar kemampuan mereka, bagaimana dengan seorang hamba-Nya ketika meminta sesuatu dari sesamanya? Permasalahnnya bukan seperti yang di bayangkan oleh sebagian orang; gambarannya bukan seperti wanita yang kurus kering dan kerempeng yang di perlakukan dengan kasar. Gambaran seperti ini tidak boleh dilakukan dalam undang-undang mana pun dan hanya ada dalam khayalan pembangkang.

Syariat Allah sangat tidak mungkin melegalkan hal tersebut, dalam hal ini kita berada dalam program terapi secara bertahap; dimulai dengan nasihat dan di akhiri dengan pukulan ringan yang di contohkan dengan siwak atau semisalnya.

Hadis yang lain menjelaskan bahwa cara yang baik dan utama adalah tidak memukul istri. Ada beberapa hadis yang menunjukkan hal ini :

Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ummul Mukminin, Aisyah. Ia berkata :
“Rasulullah tidak pernah memukul perempuan dan pelayan dengan tangannya. Dan beliau tidak pernah memukul sesuatu selain berjihad di jalan Allah” (HR. Muslim 6195)

Sesungguhnya Allah telah memilih perilaku yang paling baik, paling sempurna dan paling utama di jalan Allah

Hadis yang di riwayatkan oleh Imam Bukhori dari Abdullah bin Zam’ah bahwa Rasulullah bersabda
“Bagaimana pula seorang dari kamu tega memukul istrinya seperti memukul unta kemudia memeluknya (baca : Menggaulinya)"

Ini adalah sikap heran dan peringatan dari Raulullah terhadap orang yang melakukan hal itu. Bagaimana seseorang tega berbuat kasar kepada istrinya, kemudian ia seperti sahaya yang ingin selalu dekat dengannya? Bagaimanamana ia tega menjadikan istrinya seperti seorang budak dengan memukulnya?

Oleh karena itu Ibnul Jauzi mengatakan, “ hendaknya setiap orang mengetahui bahwa seorang yang mengetahui bahwa orang yang tidak dapat mengambil manfaat dari janji dan ancaman Allah, ia juga tidak akan jera dengan cambuk. Boleh jadi kelembutan lebih efektif daripada pukulan karena pukulan itu membuat hati berpaling. Dalam sebuah dali di sebutkan :

“Kenapa salah seorang dari kaumu memukul istrinya seperti hamba sahaya, padahal ia menggaulinya di penghujung malam” (QS. An-Nisa : 82)

Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya telah banyak perempuan yang mendatangi keluarga Muhammad mengaduka perilaku suami suami mereka. Mereka (para suami) itu bukan orang –orang yang terbaik di antara kamu. (HR. Abu Daud 2148)

Rasulullah bersabda
” Hanya orang-orang yang jahat dari kamu yang akan memukul”(Jami’ al Ahadits [3577])

Kesimpulannya, pukulan ringan merupakan salah satu cara dalam mecari penyelesaian. Ia pantas untuk lingkungan tertentu dan untuk orang orang tertentu. Ini seperti obat yang pahit, sehingga orang yang baik dan merdeka hendaknya tidak menggunakan cara ini, Diantara kesempurnaan syariat islam yang datang di setiap tempat dan waktu adalah dengan aturan yang sempurna sehingga tidak digunakan dengan semena-mena digunakan oleh suami untuk menghukum istrinya.

Coba bayangkan jika ada seorang istri durhaka terhadap suaminya, semisal istri selingkuh, istri terlalu berani terhadap suami walau suaminya dalam keadaan benar, dan berbagai macam kedurhakaan istri terhadap suami. Lalu agama melarang suami memukul istri atas kesalahan istri tersebut. Lalu apa yang terjadi? Memukul istri yang bersalah adalah sarana untuk mendidik istri dengan baik. Kalau si istri dinasehati masih tidak mempan, sudah pisah ranjang juga masih tidak mempan, maka memukul istri adalah jalan alternatif paling terakhir yang memang seharusnya diterapkan oleh suami. Memukul istri yang durhaka itu bukan berarti suami tidak mengasihi istrinya, justru suami tersebut tidak mengasihi istrinya jika si suami membiarkan saja istrinya bertindak durhaka terhadapnya. Karena hal itu akan semakin memperburuk mental, sikap dan sifat si istri itu sendiri. Lantas apakah seperti itu cara mengasihi seorang istri? Dengan membiarkan istrinya tetap dalam kedurhakaan dan keburukan? Yang benar saja.

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)

Senin, 23 Februari 2015

MENGAPA DI MASJID DIPASANG TOA?


Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh pihak kristiani dalam grup-grup atau forum debat lintas agama. Khususnya bagi mereka yang masih awam atau amatiran dalam dunia debat lintas agama. Umumnya mereka akan menanyakan begini :

"Mengapa di masjid dipasang Toa? Apakah Tuhannya umat Islam itu budek?"

Gayanya sih sekilas seperti orang yang serius ingin bertanya, padahal sebenarnya bukan. Mereka hanya mau menjelek-njelekkan Islam saja dengan pertanyaan sindiran seperti itu.

Sebelum menanyakan pertanyaan konyol tersebut, hendaknya kristiani pahami dulu apa fungsi Toa dalam masjid. Toa hanyalah sarana untuk menyeru umat manusia agar mereka beribadah kepada Allah. Tentu saja Toa disini ditujukan untuk menyeru manusia, agar manusia-manusia yang bertempat jauh dari masjid, bisa mengetahui waktu sholat. Masih banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari Toa tersebut, dan mungkin kristiani selama ini hidupnya di hutan, jadi mereka tidak tau apa manfaat Toa bagi umat manusia.

Allah dalam beberapa ayat-ayat Alquran telah menginformasikan kepada umat manusia bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Mendengar. Dan berikut ini adalah ayat-ayatnya, Allah berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. 49:1)

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. 17:1)

"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. 58:1)

Maha Benar Allah Dengan Segala FirmanNya.

Sebenarnya masih banyak ayat-ayat Alquran yg menegaskan bahwa Allah itu Maha Mendengar. Dalam salah satu situs Alquran Online yang saya kunjungi, saya mendapatkan 43 ayat yang memberikan keterangan bahwa Allah itu Maha mendengar. Dan bisa kita lihat hasil pencarian saya dalam Alquran Online tersebut dengan kata kunci "Maha mendengar" disini :

http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_surah.asp?psearch=Maha+mendengar&SuratKe=#Top

Jadi sangatlah bodoh jika kristiani beranggapan bahwa adanya Toa di masjid tersebut mereka tuding karena Tuhannya umat Islam itu budek.

Lalu mengapa didalam gereja tidak ada Toa? Jawabnya sudah pasti karena didalam alkitab terdapat banyak ayat-ayat porno yang jika dibacakan dengan menggunakan Toa, maka hal itu hanya akan malu-maluin saja. Diantaranya adalah ayat-ayat berikut ini :

Yehezkiel 23:3 Mereka bersundal di Mesir, mereka bersundal pada masa mudanya; di sana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang.

Yehezkiel 23:20 Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang vaginanya seperti vagina keledai dan penisnya seperti penis kuda.

Kidung Agung
7:7 Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya.
7:8 Kataku: "Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel.

Dan masih banyak lagi ayat-ayat porno didalam alkitab yang bisa kita temukan dalam situs alkitab online dengan menggunakan kata kunci "Buah dada, Aurat, Sundal, Birahi dll" disini :

www.jesoes.com

Bayangkan apa yg terjadi jika gereja dipasangkan Toa, lalu pendetanya membacakan ayat-ayat porno tersebut dengan menggunakan Toa. Didepan jemaat anak-anak, para orang tua, remaja dan juga lansia.

Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)

1 HARI DISISI ALLAH KADARNYA 1.000 ATAU 50.000 TAHUN?


Pertanyaan ini memang masih sering kali dipertanyakan oleh orang-orang kristiani dalam grup-grup atau forum perdebatan lintas agama. Khususnya bagi mereka yang masih awam atau amatiran dalam dunia perdebatan lintas agama. Tapi biarpun demikian, kami acungi jempol deh bagi umat kristiani yang mahu menyempatkan waktunya untuk mengkritisi Islam. Walaupun hal yang sama tidak bisa mereka lakukan untuk mengkritisi kristen. Jadi sebenarnya umat kristiani itu pola pikirnya seakan-akan sangat rasional jika mereka hendak mengkritisi Islam. Sampai-sampai mereka garangnya bukan main saat mengkritisi iman Islam, tapi sayangnya logika mereka langsung jeblok saat diahadapkan dengan iman kekristenan yang sangat irasional dan menentang akal sehat manusia. Baiklah kita langsung saka ke pokok permasalahan, berikut ini adalah 3 ayat yang mereka maksud sebagai ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung kontradiksi angka :

1. "Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (QS. Al-Haj 22:47)

2. "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu" (QS. As-Sajdah 32:5)

3. "Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya Lima puluh ribu tahun." (QS. Al-Ma`arij 70:4)

Sebagian orang nasrani berbicara mengenai kontradiksi, mereka menjadikan tiga ayat di atas sebagai contoh kontradiksi yang dilakukan oleh Allah (maha suci Allah dari hal ini), di satu surat Allah berfirman sehari seperti 1000 tahun dan di lain surat Allah berfirman sehari seperti 50 ribu tahun, kita sama-sama sefaham bahwa 49 ribu tahun bukanlah selisih yang sedikit. Tapi apakah itu kontradiksi?

Ada baiknya kita sama-sama sepakati dahulu bahwa kontradiksi adalah dua atau lebih pernyataan yang bertolak belakang dan tidak bisa ditemukan titik temu untuk menjelaskannya.

Kita ambil contoh :

Seseorang berkata umurnya 25 tahun, kemudian di lain waktu ia berkata umurnya 30 tahun. Apakah ini kontradiksi? Tentu kita tidak serta merta katakan sebagai kontradiksi karena umur memang bisa bertambah. Maka kita harus bertanya dahulu padanya apa maksud dua pernyataan itu, jika ia menjawab dengan jawaban masuk akal, seperti “aku mengatakan pernyataan pertama lima tahun lalu” maka ini bukan kontradiksi bahkan yang ngotot mengatakan ini kontradiksi perlu dipertanyakan kecerdasannya.

Atau misalnya kalau ada yang bertanya 3 x 4 = berapa? Jawabannya mungkin berbeda-beda. Anak-anak sekolah pasti menjawab 12. Si tukang foto menjawab 1.000. Si penjual kayu mungkin menjawab 50.000, lalu apakah jawaban-jawaban mereka itu salah? Kalau orang tidak mengenal mereka dan tidak tahu masalah mereka, tentu orang itu akan mengatakan salah. Tetapi bagi orang yang kenal dan tahu mereka maka orang itu pasti mengatakan bahwa jawaban itu benar. Kenapa benar? Bukankah 12, 1.000, dan 50.000 itu angka-angka yang kontradiksi dan sangat jauh berbeda? Jawaban anak sekolah itu benar karena yang dijawabnya adalah soal pelajaran matematika. Jawaban si tukang foto itu benar karena yang dijawabnya adalah harga cuci foto perlembar ukuran 3 x 4. Jawaban si penjual kayu itu juga benar karena yang dijawabnya adalah harga kayu yang ukuran 3 x 4 itu adalah Rp. 50.000.

Saya jadi teringat pertanyaan-pertanyaan konyol dari kristiani, mereka menyatakan ayat :

Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka itu telah menurunkannya (Al Qur’an) ke dalam hatimu (Al Baqarah 2:97)

Bertentangan dengan ayat

Katakanlah: ruhul Qudus menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar…”. (QS. An-Nahl 16:102)

Mereka bilang jibril atau ruh kudus yang menurunkan Al-Qur`an?

Seharusnya mereka bertanya dulu kepada seorang anak muslim apakah itu ruh kudus dalam islam, dan mereka akan mendapatkan jawaban yang sangat simple bahwa ruhul kudus ternyata adalah nama lain dari Jibril. Jadi pribahasa yang tepat untuk orang seperti itu adalah “malu bertanya malu maluin” hehe..

Tetapi dalam kitab suci kita sulit untuk menyatakan kontradiksi karena kita tidak bisa bertanya pada tuhan. Tetapi kita semua percaya tuhan tidak mungkin keliru, semua yang terlihat sebagai kontradiksi yang ada dalam kitab suci pasti memiliki penjelasan masuk akal. Jika tidak maka hanya ada dua kemungkinan yaitu bahwa itu bukan kitab suci, atau kitab suci itu telah diubah.

Lalu apakah tiga ayat di atas bisa dikatakan kontradiksi?

Perhatikan ayat-ayat itu sekali lagi :

Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. Al-Haj 22:47)

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (QS. As-Sajdah 32:5)

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (QS. Al-Ma`arij 70:4)

Orang yang jeli akan melihat bahwa tiga ayat ini berkata dalam tiga konteks yang berbeda.

Jika allah berfirman :

sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.

Kemudian Allah berfirman :

sehari disisi Tuhanmu adalah seperti limapuluh ribu tahun menurut perhitunganmu

maka kita bisa katakan ini kontradiksi tetapi apakah Allah berfirman demikian? Tidak.

Allah hanya berfirman :

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun

Orang bodoh pun tahu bahwa kalimat “sehari di sisi tuhan” dan “sehari yang dibutuhkan malaikat untuk menuju tuhan” memiliki arti berbeda.

Jika Allah berfirman :

kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu

lalu Allah berfirman :

kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah limapuluh ribu tahun menurut perhitunganmu

maka kita bisa katakan ini kontradiksi tetapi apakah Allah berfirman demikian? Tidak.

Allah hanya berfirman :

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.

Orang bodohpun tahu bahwa urusan dan malaikat itu adalah dua hal yang berbeda atau kalaupun urusan itu dibawa oleh malaikat tetapi perhatikanlah apakah dua ayat ini bercerita mengenai satu alur cerita yang sama atau dua peristiwa berbeda? Lalu di manakah letak kontradiksi itu?

Bagi para kristiani, bilangan ayat-ayat tersebut bertentangan karena mata mereka hanya terfokus pada angka 50.000 dan 1.000. Anggapan kontradiktif terhadap ayat-ayat Al-Qur'an ini nampak karena mereka membaca ayat secara tidak konsisten. Padahal bila dibaca secara cermat, ayat-ayat tersebut sama sekali tidak kontradiktif.

Jika kristiani belum puas, akan saya beri beberapa contoh saja kontradiksi dalam Alkitab, perhatikan :

2 Samuel 10:18 tetapi orang Aram itu lari dari hadapan orang Israel, dan Daud membunuh dari orang Aram itu tujuh ratus ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang pasukan berkuda. Sobakh, panglima tentara mereka, dilukainya sedemikian, hingga ia mati di sana

1 Tawarikh 19 : 18 tetapi orang Aram itu lari dari hadapan orang Israel, dan Daud membunuh dari orang Aram itu tujuh ribu ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang pasukan berjalan kaki; juga Sofakh, panglima tentara itu, dibunuhnya.

Tak perlu menjadi ahli untuk mengetahui bahwa dua ayat ini bercerita mengenai satu peristiwa yang sama tetapi diceritakan dengan cara berbeda, tentu tuhan tidak mungkin salah menyebut tujuh ratus dengan tujuh ribu. Dan juga tidak mungkin salah dalam menyebutkan pasukan berkuda menjadi pasukan berjalan kaki.

Atau ayat yang ini :

1 Raja-Raja 8:26 Ia berumur dua puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri raja Israel.

2 Tawarikh 22:2 Ahazia berumur empat puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri.

Alur kisahnya sama, tapi yang satu mengatakan kalau usia Ahazia adalah 22 tahun saat ia menjadi raja. Tetapi yang lainnya mengatakan bahwa usia Ahazia adalah 42 tahun saat menjadi raja. Tidak perlu ahli teologi untuk melihat kerancuan ini, orang bodohpun tahu kalau ayat diatas bertentangan satu sama lain. Jika demikian, maka pikirkanlah sendiri.

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..:)

Rabu, 18 Februari 2015

KONTROVERSI HUKUM TAURAT DAN KITAB PARA NABI


Kali ini kita akan membedah tentang hukum taurat dan kitab para nabi umat kristen. Yakni mengenai pemberlakuannya, apakah masih berlaku sampai saat ini dan sampai akhir zaman? Ataukah sudah tidak berlaku dan tidak lagi dijadikan pedoman hidup bagi umat kristen? Tentu untuk mengetahui jawabnya kita tidak boleh menggunakan pendapat pribadi, melainkan harus berlandasan pada apa yg tertulis didalam alkitab. Sebenarnya sudah cukup lama saya ingin membuat artikel ini, mengingat masih banyaknya umat kristiani yg saling silang pendapat mengenai kasus ini. Yg satu bilang masih berlaku sampai akhir zaman, tapi yg lain bilang sudah ditiadakan oleh Yesus dan tidak lagi berlaku bagi kristen. Lantas mana yg benar? Baiklah, mari kita mulai mengkupasnya sampai tuntas disini.

1. Hukum Taurat Dan Kitab Para Nabi Berlaku Sampai Hari Kiamat

Matius
5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Pada ayat tersebut sudah sangat jelas pengakuan Yesus bahwa ia tidak MENIADAKAN hukum taurat dan kitab para nabi, melainkan MENGGENAPI. Menggenapi disini berarti melengkapi apa yg masih kurang tanpa meniadakan yg sudah ada sebelumnya. Karna menggenapi dengan meniadakan itu sangat berbeda jauh maknanya.

Matius 5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya SELAMA BELUM LENYAP LANGIT DAN BUMI INI, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Pada ayat diatas yesus mengatakan bahwa sebelum langit dan bumi lenyap (Kiamat), hukum taurat tidak akan ditiadakan walau satu titikpun. Jadi sudah sangat jelas bahwa pemberlakuan hukum taurat ialah sampai hari kiamat. Sebelum hari kiamat itu terjadi, maka hukum taurat masih harus ditaati.

Matius 5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.

Dan pada ayat ini justru Yesus memberi keterangan bahwa barangsiapa yg meniadakan hukum taurat bahkan yg paling kecil sekalipun, dan mengajarkan penyelewengan hukum taurat tersebut kepada orang lain. Maka ia akan menduduki tempat paling rendah dalam kerajaan surga. Tetapi barangsiapa yg mentaati dan mengamalkan hukum taurat, maka ia akn menduduki tempat yg tertinggi dalam kerajaan surga, jadi sudah sangat jelas konsekwensinya. Yg mengherankan, begitu banyak umat kristiani yg mengklaim bahwa yesus telah meniadakan hukum taurat dan mengajarkannya kepada para pengikutnya. Padahal pada ayat ini sudah sangat jelas maksudnya. Bukankah dengan mengklaim yesus telah meniadakan hukum sebelumnya itu berarti sama saja dengan mereka menganggap bahwa saat ini yesus berada didalam tempat yg paling rendah dalam kerajaan surga? Lalu dari mana klaim tersebut berasal?

2. Hukum Taurat Dan Kitab Para Nabi Berlaku Sampai Zaman Yohanes

Lukas 16:16 Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.

Apakah Lukas 16:16 bertentangan dengan Matius 5:17-18? Mari kita kupas bersama, Lukas 16:16 diatas adalah ayat favorit umat kristen yg mereka jadikan pembenaran atas tuduhannya terhadap yesus yg mereka anggap telah meniadakan hukum taurat. Mereka mengklaim bahwa hukum taurat hanya berlaku di zaman yohanes, dan tidak berlaku selamanya. Benarkah dalam ayat tersebut yesus bermaksud untuk meniadakan hukum taurat dan hanya memberlakukannya pada zaman yohanes saja?

Lukas
16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
16:14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia.
16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.

Pada ayat ini kita dapat mengetahui penyebab yesus berkata bahwa hukum taurat dan kitab para nabi berlaku sampai di zaman yohanes. Ternyata alasan yesus adalah karna orang-orang farisi yg gila harta tersebut mencemooh perkataan yesus mengenai aturan seorang pelayan dan tuanya, yg dikatakan yesus tidak boleh seorang hamba mengabdi kepada dua tuan. Dan hal inilah yg dijadikan cemoohan oleh orang-orang farisi, karna mereka merasa penyelewengan-penyelewengan yg mereka lakukan telah dikoreksi oleh yesus. Lalu apa makna perkataan yesus bahwa Hukm taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman yohanes?

Maksudnya tidak lain adalah untuk mengoreksi penyelewengan-penyelewengan orang-orang farisi terhadap hukum taurat dan kitab para nabi. Disini yesus menegaskan bahwa hukum taurat itu masih BERLAKU sampai kepada zaman yohanes. Jadi seharusnya orang-orang farisi tersebut masih mematuhi hukum sebelumnya. Bukannya malah memberlakukan aturan yg nyeleweng dari hukum sebelumnya. Sayangnya masih banyak kristiani yg tidak memahami ayat tersebut dengan tepat dan benar. Bahkan sebagian muslim juga ada saja yg kebingungan saat disodorkan ayat tersebut sebagai pembenaran mereka. Maka untuk itulah artikel ini saya buat, agar kita semua sama-sama tau kebenarannya. Disini yesus sama sekali tidak mengatakan bahwa hukum taurat dan kitab para nabi HANYA berlaku sampai kepada zaman yohanes, tetapi ia mengatakan bahwa hukum taurat berlaku sampai kepada zaman yohanes.

Lukas 16:17 Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.

Dan pada ayat ini yesus semakin menegaskan bahwa lebih mudah langit dan bumi itu lenyap atau kiamat, daripada satu titik dalam hukum taurat harus batal. Itu artinya yesus tidak membenarkan pembatalan hukum taurat walau satu titikpun selama langit dan bumi belum lenyap. Dan hal ini sejalan dengan kitab Matius 5:17-18 diatas.

3. Hukum Taurat Dan Kitab Para Nabi Diganti Dengan Hukum Kasih

Matius
22:36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi"

Ayat ini juga tidak kalah populernya dikalangan kristiani, sebagai media pembenaran bahwa hukum taurat sudah ditiadakan dengan digantinya dengan hukum "Kasih". Krisiani menganggap bahwa hukum sebelumnya sudah diganti dengan hukum baru, yaitu hukum kasih, dimana disana dikatakan bahwa dari hukum kasih tersebutlah TERGANTUNG SELURUH HUKUM TAURAT DAN KITAB PARA NABI. Lalu apakah ini berarti yesus telah mendustai perkataannya sebelumnya yg mengatakan bahwa selama langit dan bumi belum lenyap, hukum taurat dan kitab para nabi tidak akan ditiadakan? Sebenarnya tidak, dan tidak ada pula pertentangan antara pernyatan yesus pada ayat ini dan pada ayat-ayat yg saya sodorkan sebelumnya. Kristiani hanya bisa gembar-gembor kosah-kasih tapi mereka tidak mengetahui makna kasih atau cara mengasihi Tuhan yg sebenarnya. Pengertiannya begini, jika kita mengaku mengasihi Tuhan, maka otomatis kita harus taat kepada segala ketetapan dan perintahNya bukan? Kalau cuma bilang kosah-kasih tapi Implementasinya NOL apa gunanya? Itu sama saja dengan modal dusta (MODUS), atau pemberi harapan palsu (PHP). Masak Tuhan mau kita MODUS-in dan PHP-in sih? Jadi pernyataan yesus yg mengatakan dari hukum kasih tersebutlah TERGANTUNG seluruh hukum taurat dan kitab para nabi memang benar adanya. Karna memang didalam hukum taurat dan kitab para nabi tergantung segala ketetapan dan perintah-perintah tuhan.

4. Hukum Taurat Dibatalkan Oleh Penyaliban Yesus

Matius 5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya SELAMA BELUM LENYAP LANGIT DAN BUMI INI, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, SEBELUM SEMUANYA TERJADI.

Mereka mengklaim bahwa kalimat "Sebelum semuanya terjadi" pada ayat diatas adalah mengenai terjadinya penyaliban yesus. Padahal sudah sangat jelas dan gamblang maksud ayatnya, yakni mengenai hari kiamat. Karna saat yesus disalibkan, kiamat belum datang. Dan disini yesus sama sekali tidak membahas penyaliban, melainkan langit dan bumi lenyap atau kiamat. Maka maksud dari sebelum semuanya terjadi adalah sebelum hari kiamat terjadi. Jadi ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyaliban yesus, lalu apa dasarnya mereka mengklaim demikian?

Galatia 3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

Ternyata klaim mereka berdasarkan dari tafsir ngawur ala paulus diatas. Coba kita kaji ayat diatas, apakah tafsir paulus tersebut nyambung? Paulus menganggap bahwa hukum taurat adalah kutukan, dan mengait-ngaitkan dengan yesus yg tersalib. Lalu mengutip ayat pada kitab taurat mengenai terkutuknya orang yg digantung pada tiang salib berikut ini :

Ulangan
21:22 Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang,
21:23 maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu."

Coba dikaji dengan hati yg bersih dan pikiran yg obyektif, apa penafsiran paulus tersebut sudah nyambung atau itu cuma akal-akalnya saja yg mencoba mencocok-cocokkan hal yg sama sekali tidak ada hubungannya?

Efesus 2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,

Pada ayat ini sekali lagi paulus menuduh yesus telah membatalkan hukum taurat dengan jalan kutuk, yaitu mati digantung di tiang salib. Padahal Yesus sama sekali tidak pernah mengajarkan pembatalan hukum taurat dengan penyaliban. Jadi sebenarnya yg kristiani ikuti itu siapa? Yesus atau Paulus?

Ulangan 27:26 Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!"

Pada ayat ini tuhan mengutuk siapa saja yg tidak mematuhi hukum taurat. Jadi disini terjadi kontoversi antara tuhan dengan paulus yg saling kutuk satu sama lain. Paulus mengutuk hukum taurat yg diturunkan oleh tuhan kepada nabi musa dan tuhan mengutuk orang yg tidak mematuhi hukum taurat. Kok bisa-bisanya tuhan dengan rasul saling kutuk begini?

5. Hukum Taurat Hanya Untuk Bangsa Israel

Hal yg gak kalah kontroversionalnya dari umat kristiani adalah adanya klaim bahwa hukum taurat hanya berlaku untuk bangsa Israel. Justru dengan adanya klaim tersebut, mereka akan semakin terpojok nantinya jika mereka paham. Pertanyaan saya sederhana saja untuk menanggapi klaim seperti ini, lalu bagaimana dengan perintah-perintah yg dianggap baik, apakah hanya berlaku di Israel? Semisal perintah untuk tidak menikahi ibu kandungnya. Jadi kalau ada perintah yg serikaranya baik, mereka mau mengakui sebagai perintah yg diberlakukan secara universal. Tapi kalau ada perintah yg buruk, misalnya membunuh penganut agama lain, meminum miras dll. Mereka tidak mengakui perintah tersebut berlaku secara universal. Jadi mereka itu ibarat menganut agama TAMBAL SULAM, yg baik diambil tapi yg buruk tidak diakui.

Mereka mengklaim bahwa hukum taurat hanya untuk bangsa Israel atau hukum taurat sudah ditiadakan oleh Yesus, salah satunya dengan menggunakan ayat dibawah ini :

Ulangan 4:44 Inilah hukum Taurat yang dipaparkan Musa kepada orang Israel.

Apakah ayat diatas menandakan bahwa hukum taurat HANYA berlaku untuk bangsa Israel? Tentu saja tidak, disana Musa sedang memaparkan hukum taurat kepada bangsa Israel dikarnakan musa sedang berada di Israel. Lagipula disana tidak dikatakan bahwa hukum taurat HANYA berlaku untuk Israel. Analoginya begini, jika ada seorang pendeta yg memaparkan kitab PB pada jemaatnya di Indonesia, lantas apakah itu berarti bahwa kitab PB hanya berlaku di Indonesia? Tentu tidak!

Kristiani juga mengklaim bahwa hukum terdahulu sudah diganti dengan hukum yg baru berdasarkan ayat berikut ini :

Yeremia
31:31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,
31:32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN.

Apakah pada ayat tersebut dikatakan bahwa hukum sebelumnya sudah TIDAK BERLAKU lagi? Tentu tidak, karna ayat diatas hanyalah nubuat tentang datangnya perjanjian baru yg memang berbeda dengan hukum sebelumnya. Sebagai penggenapan hukum yg sebelumnya, atau melengkapi apa yg masih kurang dalam hukum sebelumnya, kalau kitab yg menggenapi tapi isinya masih sama dengan yg terdahulu, itu bukan menggenapi, tapi mengcopy.

Kristiani mengklaim bahwa hukum terdahulu telah dibatalkan, tetapi ketika ditanyai mengenai hukum ini dan itu, mereka mencomotnya juga dari kitab taurat dan kitab para nabi. Kok tidak tahu malu banget gitu loh, itu berarti mereka hanya memamerkan mental-mental munafik tanpa mau jujur mengakui kebenaran. Disatu sisi mengklaim hukum taurat telah dibatalkan, tetapi disisi lain mereka mencomot ayat-ayat dalam kitab taurat dan kitab para nabi untuk melengkapi hukum yg memang tidak diajarkan didalam kitab PB. Karna memang kristen tanpa kitab PL hanyalah agama yg MINIM ATURAN.

Agar kristiani tidak ngeyel terlalu jauh, maka untuk menjawab klaim mereka, kita berikan saja perkataaan yesus berikut ini :

Yohanes 13:15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Pada ayat ini yesus menghimbau para pengikutnya untuk menjadikannya sebagai teladan, dan berbuat SAMA seperti yesus. Apa yg diperbuat yesus? Yesus mematuhi hukum taurat dan menjalankannya, maka kristiani yg mengklaim sebagai pengikut yesus seharusnya mau mengindahkan himbauan yesus untuk meneladaninya. Atau kristiani mau mengklaim lagi bahwa yesus hanyalah teladan bagi bangsa Israel seperti pengakuannya pada kitab Matius 15:24 bahwa ia hanya diutus untuk bangsa Israel? Lalu kristiani ini mengikuti teladan yg mana?

Mengapa mereka begitu gencar mengklaim bahwa hukum taurat dan kitab para nabi sudah ditiadakan? Salah satu penyebabnya adalah dikarnakan banyaknya aturan dalam hukum taurat dan kitab para nabi yg malah semakin memperburuk citra agama kristen. Seperti yg saya bahas diatas, yakni mengenai perintah membunuh, merampok, memperbudak pengikut agama lain, perintah minum miras, perintah untuk maling, perintah untuk makan roti yg dibakar diatas tai dll. Tetapi biarpun demikian mereka juga menghadapi masalah serius, jika mereka mengklaim bahwa kitab taurat dan kitab para nabi sudah ditiadakan. Yakni adanya perintah-perintah yg baik untuk jalankan, semisal perintah untuk tidak boleh menikahi ibu kandungnya, menggeser batas tanah milik orang lain, menjual anak kandungnya dll. Kasihan juga ya umat kristiani, ini namanya MAJU KENA, MUNDUR JUGA KENA.

Apakah kristiani masih mau ngeyel juga? Untuk menghindari kristiani ngeyel lebih jauh lagi, maka ini adalah pertanyaan saya kepada kristiani yg masih menganggap bahwa Hukum Taurat Dan Kitab Para Nabi sudah ditiadakan atau hanya berlaku untuk bangsa Israel. Berikut ini adalah pertanyaannya :

1. Apakah kristen melarang laki-laki tidur dengan perempuan yg sedang haid?

2. Apakah kristen melarang umatnya untuk memakan darah?

3. Apakah kristen melarang umatnya untuk memakan bangkai?

4. Apakah kristen melarang umatnya untuk menikah dengan binatang?

5. Apakah kristen melarang pernikahan sejenis, Gay & Lesbian?

Saya berikan 5 pertanyaan saja untuk kalian, dan silahkan kalian jawab berdasarkan dalil didalam kitab PB. Jika kalian tidak bisa menjawabnya dengan dalil pada kitab PB. Maka itu berarti kristen bebas melakukan semua perbuatan diatas. Dan jika kalian tidak berani menjawab 5 pertanyaan saya diatas, maka itu berarti bahwa disini kalian hanya memamerkan MENTAL-MENTAL MUNAFIK saja. Selagi kristiani tidak mampu atau berani memberikan jawaban atas 5 pertanyaan saya tersebut, maka itu berarti mereka MENGIMANI kebenaran artikel ini sebagai kebenaran yg hakiki dan tidak menyalahi alkitab. Walaupun mereka tidak mau mengakuinya secara jujur dan dengan hati yg bersih.

Begitulah sikap manusia yg memang tingkat kejujurannya sangatlah rendah, mereka sampai jungkir balik dusta sana dusta sini demi membela imannya yg jelas-jelas salah. Dan jangan heran dengan sikap orang-orang kafir yg suka mendustakan kebenaran, jangankan orang kafir di masa sekarang, orang kafir di masa para nabi pun lebih hebat lagi dalam mendustakan kebenaran. Biarpun mereka sudah melihat dengan mata kepala mereka sendiri mukjizat yg dimiliki oleh para nabi, mereka masih saja mendustakannya, dan bahkan berusaha membunuh para nabi. Jadi kami sebagai umat Islam hanya bisa mendoakan mereka agar lekas sembuh dari kegilaan yg selama ini mereka imani. Walaupun harus dihadapkan dengan sikap-sikap mereka yg suka menghujat, menertawakan dan menganggap kami bodoh. Tidak mengherankan, karna sikap orang-orang kafir memang demikian, dan itu sudah terjadi sejak masa para nabi terdahulu. Renungkanlah!

Demikianlah apa yg dapat saya sampaikan, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)