Rabu, 04 Maret 2015

MENGUNGKAP MISTERI NAMA HAMAN PADA ZAMAN FIR'AUN


Kali ini kami akan mencoba mengulas tentang penggunaan nama "Haman" pada zaman Fir'aun yang di klaim oleh kristiani sebagai bahwa ayat Al-Qur'an yang menyebutkan nama "Haman" pada zaman Fir'aun adalah kesalahan dari sudut pandang sejarah. Nama "Haman" tidaklah diketahui hingga dipecahkannya huruf hieroglif Mesir di abad ke-19. Ketika hieroglif terpecahkan, diketahui bahwa HAMAN adalah seorang pembantu dekat Fir’aun,dan “pemimpin pekerja batupahat". (Gambar ini memperlihatkan para pekerja bangunan Mesir kuno). Hal teramat penting di sini adalah bahwa nama "Haman" disebut dalam AlQur'an sebagai orang yang mengarahkan pendirian bangunan atas perintah Fir’aun. Ini berarti bahwa keterangan yang tidak bisa diketahui oleh siapa pun di masa itu telah diberikan oleh Al Qur'an, satu hal yang paling patut dicermati.

Al-Qur'an mengisahkan kehidupan Nabi Musa AS dengan sangat jelas. Tatkala memaparkan perselisihan dengan Fir'aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al- Qur'an menyingkap berlimpah keterangan tentang Mesir kuno.

Pentingnya banyak babak bersejarah ini hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia. Ketika seseorang memperhatikan babak-babak bersejarah ini dengan pertimbangan, seketika akan menjadi jelas bahwa Al Qur'an, dan sumber pengetahuan yang dikandungnya, telah diwahyukan oleh Allah Yang Maha Tahu dikarenakan Al Qur'an bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan, sejarah dan kepurbakalaan di masa kini.

Satu contoh pengetahuan ini dapat ditemukan dalam paparan Al Qur'an tentang Haman, seorang pelaku yang namanya disebut di dalam Al Qur'an, bersama dengan Fir'aun. Ia disebut di enam tempat berbeda dalam Al Qur'an, di mana Al-Qur'an memberitahu kita bahwa ia adalah salah satu dari sekutu terdekat Fir'aun. Anehnya, nama “Haman” tidak pernah disebutkan dalam bagian-bagian Taurat yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa AS. Tetapi, penyebutan Haman dapat ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS.

Al Qur'an, yang jauh lebih bersesuaian dengan penemuan-penemuan kepurbakalaan masa kini, benar-benar memuat kata “Haman” yang merujuk pada masa hidup Nabi Musa AS. Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Kitab Suci Islam oleh sejumlah kalangan diluar Muslim terbantahkan tatkala naskah hieroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, dan nama “Haman” ditemukan di naskah-naskah kuno itu. Hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno tidak dapat dipahami. Bahasa Mesir kuno tersusun atas lambang-lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa hieroglifik. Gambar-gambar ini, yang memaparkan kisah dan membukukan catatan peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern, biasanya diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan berabad-abad.

Dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3, Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan hieroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu. Contoh terakhir penggunaan tulisan hieroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan lambang telah terlupakan, menyisakan tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya. Sudah tentu hal ini menjadikan pengkajian sejarah dan kepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar 2 abad silam. Pada tahun 1799, kegembiraan besar terjadi di kalangan sejarawan dan pakar lainnya,rahasia hiroglief Mesir kuno terpecahkan melalui penemuan sebuah prasasti yang disebut “Batu Rosetta”. Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM.

Nilai penting prasasti ini adalah ditulisnya prasasti tersebut dalam tiga bentuk tulisan :

• Hieroglif
• Demotik (bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir kuno)
• Yunani

Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir kuno diterjemahkan. Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh orang Prancis bernama Jean-Françoise Champollion. Dengan demikian, sebuah bahasa yang telah terlupakan dan aneka peristiwa yang dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno menjadi tersedia bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.

Melalui penerjemahan hieroglif, sebuah pengetahuan penting tersingkap :

Nama “Haman” benar-benar disebut dalam prasasti-prasasti Mesir.
Nama ini tercantum pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan dekat antara Haman dan Fir'aun. Dalam kamus People in the New Kingdom ,yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai “pemimpin para pekerja batu pahat”. Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda dengan pernyataan keliru para penentang Al Qur'an, Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa AS. Ia dekat dengan Fir'aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan, persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur'an.

Allah Berfirman :

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحاً لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ

waqaala fir'awnu yaa ayyuhaa almalau maa 'alimtu lakum min ilaahin ghayrii fa-awqid lii yaa haamaanu 'alaaalththhiini faij'al lii sharhan la'allii aththhali'u ilaa ilaahi muusaa wa-innii la-azhunnuhu mina alkaadzibiina

Dan berkata Fir'aun :
"Hai pembesar kaumku,aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta".(QS.AlQashas [28]:38)

Ayat dalam Al Qur'an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana Fir'aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Al Qur'an terbukti keliru dan tidak bernilai intelektual. Secara menakjubkan, Al-Qur'an menyampaikan kepada kita pengetahuan sejarah yang tak mungkin dimiliki atau diketahui di masa Nabi Muhammad SAW. Hieroglif tidak mampu dipecahkan hingga akhir tahun 1700-an, sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama “Haman” ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi bagi kebenaran mutlak Firman Allah.

Ayat-ayat Lain yang menyebut nama Fir'aun dan Haman dalam Al-Qur'an ialah :

(QS Al-Qashash [28]:6)

wanumakkina lahum fii al-ardhi wanuriya fir'awna wahaamaana wajunuudahumaa minhum maa kaanuu yahtsaruuna

"..dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu^1114.

[NOTE: ^1114: Fir'aun selalu khawatir bahwa kerajaannya akan dihancurkan oleh Bani Israil karena itu dia membunuh anak-anak laki-laki yang lahir dalam kalangan Bani Israil. Ayat ini menyatakan bahwa akan terjadi apa yang dikhawatirkannya itu.]

(QS Al-Qashash [28]:8)

failtaqathahu aalu fir'awna liyakuuna lahum 'aduwwan wahazanan inna fir'awna wahaamaana wajunuudahumaa kaanuu khaathi-iina

"Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah."

(QS Al-Ankabuut [29]:39)

waqaaruuna wafir'awna wahaamaana walaqad jaa-ahum muusaa bialbayyinaati faistakbaruu fii al-ardhi wamaa kaanuu saabiqiina

"..dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).

(QS Al-Mu'min[40]:24)

ilaa fir'awna wahaamaana waqaaruuna faqaaluu saahirun kadzdzaabun

"kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: "(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta".

(QS Al-Mu'min[40]:36)

waqaala fir'awnu yaa haamaanu ibni lii sharhan la'allii ablughu al-asbaaba

"Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,

(QS Al-Mu'min[40]:37)

asbaaba alssamaawaati fa-aththhali'a ilaa ilaahi muusaa wa-innii la-azhunnuhu kaadziban wakadzaalika zuyyina lifir'awna suu-u 'amalihi washudda 'ani alssabiili wamaa kaydu fir'awna illaa fii tabaabin

".. (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah ijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :) 

1 komentar:

tony mengatakan...

https://www.answeringislam.org/authors/katz/haman/yahya.html