Senin, 02 Maret 2015

PANDANGAN ALKITAB TENTANG PEGUNUNGAN


Kali ini kita akan mencoba menganalisa pandangan alkitab tentang pegunungan, dari sudut pandang ilmu pengeahuan. Setelah saya baca beberapa ayat alkitab tentang pegunungan, saya bertanya-tanya seperti ini :

"Benarkah gunung-gunung pernah berlompatan seperti domba jantan? Digali oleh manusia sampai ke akar-akarnya? Terbelah oleh angin? Dan bisa dipindahkan ke tempat lain dan juga di tenggelamkan kedalam lautan hanya dengan bermodalkan iman sebesar biji sesawi?"

Pertanyaan ini muncul dalam benak saya, setelah saya selesai menjawab pertanyaan kristiani mengenai pegunungan yang berfungsi sebagai pasak yang menstabilkan bumi. Karena saya kurang puas hanya dengan menjawab pertanyaan mereka, maka setelah pertanyaan tersebut terjawab secara ilmiah, sebagai perbandingan sekarang saya ingin menanyakan mengenai gunung-gunung yang di klaim alkitab pernah berlompatan bagaikan domba jantan, digali manusia sampai ke akar-akarnya, terbelah oleh angin dan bisa dipindahkan dan ditenggelamkan hanya dengan modal iman sebesar biji sesawi. Klaim tersebut tertulis pada ayat berikut ini :

Mazmur 114:4 Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba.

Ayub 28:9 Manusia melekatkan tangannya pada batu yang keras, ia membongkar-bangkir gunung-gunung sampai pada akar-akarnya;

1 Raja Raja 19:11 Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu.

Matius 17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.

Matius 21:21 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi.

Markus 11:23 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.

Ayat-ayat diatas menceritakan tentang kejadian ajaib ketika bangsa Israel keluar dari Mesir, kisah tentang penambangan, kisah tentang Elia dan test keimanan. Dan sekarang mari kita baca pandangan para Ilmuan tentang pegunungan berikut ini :

Beberapa tahun yang lalu para ahli geofisika menemukan bukti bahwa kerak bumi berubah terus. Ketika itu baru ditemukan teori lempeng tektonik (plate tectonics) yang menyatakan banyak pendapat bahwa gunung mempunyai akar yang berperan menghentikan gerakan horizontal lithosfer. Para ilmuan Geologi moderen telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berkali-kali lipat dari ketinggian gunung di atas permukaan tanah. Jadi kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata "pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19. Dalam teori lempeng tektonik menyebutkan bahwa kulit bumi berupa 12 lempeng lithosfer setebal 5 sampai 100 km mengepung di atas substratum plastis (astenosfer), yang tebalnya sampai 3000 km. lempengan itu bergerak secara horizontal dan saling bertabrakan dari waktu ke waktu dan terlipat ke atas dan ke bawah, melahirkan gunung-gunung. Misalnya, tabrakan lempeng India dan lempeng Eurasia menghasilkan formasi rantai pegunungan Himalaya dengan puncak tertingginya gunung Everest setinggi 8,848 km, terbentuk mulai 45 juta tahun yang lalu. Fase akhir terbentuknya gunung ditandai dengan akar yang jauh menancap ke dalam bumi. Hal ini menyebabkan melambatnya pergerakan lempeng lithosfer. Itulah fungsi gunung. Tanpa gunung, gerakan lithosfer akan lebih cepat dan tabrakan antar lempang akan lebih drastis dan akan membahayakan kehidupan.

Para ilmuwan banyak berbeda pendapat dalam memahami peran gunung-gunung dalam mengokohkan bumi. sebab, kendati total keseluruhan massa gunung di atas permukaan bumi sangat besar, ia tetap tidak sebanding dengan massa bumi secara keseluruhan yang bobotnya mencapai kira-kira 1 miliar triliun ton. Bagitu juga ketinggian gunung, meski menjulang, ia tetap tidak sebanding dengan panjang jari-jari (diameter) lingkaran bumi. sebab, selisih antara ketinggian puncak gunung yang tertinggi di dunia (mount everest dengan ketinggian 8.848 M) dengan kedalaman palung yang paling dalam (yaitu palung mariyana di dekat kepulauan Filipina dengan kedalaman sekitar 11 KM) sangat tidak sebanding, padahal radius khatulistiwa bumi mencapai 6378,160 KM. dari situ tampak kemungilan kecekungan dan kecembungan bumi jika dibandingkan dengan radiusnya, dan persentasenya pun tidak lebih dari 0,3 % dari total radius bumi. Dari sini muncul pertanyaan yang menggoda akal, bagaimana mungkin gunung mampu menstabilkan bumi sementara bobot massa dan dimensinya begitu kecil jika dibandingkan dengan massa dan dimensi bumi? Pertanyaan ini baru dapat dijawab pada pertengahan tahun 60-an abad ke-20 ketika hasil penelitian berhasil menemukan bahwa kerak bebatuan bumi terpecah oleh jaring retak yang membentang puluhan ribu kilometer dan yang mengelilingi bumi ini secara keseluruhan dengan kedalaman yang berkisar 65 s/d 150 KM. hal ini mengakibatkan terpecahnya bebatuan bumi menjadi sejumlah lempengan bebatuan yang terpisah satu sama lain dengan tingkat perpecahan masing-masing. Lempengan-lempengan kerak bebatuan bumi ini mengapung di atas lapisan elastis bumi yang semi cair dan memiliki tingkat kepadatan dan kelekatan yang tinggi yang disebut "Lapisan Lunak Bumi".

Pada lapisan lunak ini, arus panas yang bergerak seperti kumparan yang berputar yang sangat kuat mengaktifkan arus-arus pembawa yang mendorong lempengan-lempengan kerak bebatuan bumi untuk menjauh satu sama lain atau berbenturan satu sma lain dengan kecepatan luar biasa yang membuatnya tidak layak di huni oleh makhluk hidup apa pun. Tidak ada yang mampu menenangkan dan menghentikan gerakan-gerakan liar lempengan kerak bebatuan bumi ini selain terbentuknya rangkaian-rangkaian pegunungan selama berfase-fase hingga mencapai fase final yang ditandai dengan digunakannya kedalaman samudera yang memiashkan antara dua benua yang saling berjauhan secara penuh. yaitu dengan mendorong salah satu benua pada kedalaman tersebut di bawah benua yang lain, sehingga kedua benua bertabrakan dan menekan bebatuan yang menggumpal diantara keduanya dalam bentuk rangkaian pegunungan besar yang membentangkan pasak-pasaknya untuk mengokohkan salah satu benua dengan bebatuan yang lain.

Pasak pegunungan juga mengokohkan penopang-penopang yang terpancang di bumi sebagaimana yang terjadi dengan pergeseran ke arah benua Asia, sehingga kedua benua (India dan asia) pun bertabrakan dan menghasilkan terbentuknya pegunungan himalaya sebagai rangkaian pegunungan yang terbaru di muka bumi sekaligus yang paling tinggi. Proses di atas merupakan proses pengokohan massa benua-benua di atas permukaan bumi, sementara mengenai proses pengokohan bumi sebagai planet, sudah diketahui adanya bahwa akibat perputaran bumi pada porosnya, bentuk bumi berubah dari bulat sempurna menjadi elips. kawasan di garis khatulistiwa bumi agak cembung sedangkan kawasan di dua kutub agak datar. kecembungan garis khatulistiwa ini membuat poros putarannya menjadi lambat dan dikenal dengan istilah badariyyah.

Dalam kondisi demikian, poros bumi bergoyang-goyang dan bergerak-gerak dengan gerakan yang berlawanan dengan gerakan bulan dan matahari, juga dengan benda-benda yang bergerak secara konstan dalam takaran dan arah kekuatan yang sama cepat. Gerakan yang cenderung liar ini diperkecil oleh keberadaan gunung-gunung yang memiliki akar yang menancap di kerak bebatuan bumi yang bentangan kedalamannya mencapai 10 hingga 15 kali lipat ketinggiannya di atas permukaan bumi. keberadaan gunung-gunung ini meminimalisir keliaran gerakan atau goyangan poros putar bumi dan menjadikannya lebih stabil dan lebih teratur dalam proses rotasinya mengelilingi porosnya, juga menjadikan goyangan dan gocangannya lebih rendah. persis seperti seperti apa yang dilakukan ruas-ruas timah di sekitar ban mobil yang memperkecil goncangan dan goyangan ban selama ban berputar. Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak bumi.

Pertanyaan saya :

1. Bagaimana mungkin pegunungan dengan akar yang menjulang jauh kedalam bisa berlompatan seperti itu?

2. Bagaimana mungkin manusia dapat menggali dasar pergunungan sampai ke akar-akarnya, padahal pada akar pegunungan terdapat magma yang amat panas?

3. Mungkinkah gunung yang kokoh bisa terbelah oleh angin?

4. Bagaimana mungkin pegunungan dengan akar yang menjulang jauh kedalam tanah dapat dipindahkan dan ditenggelamkan hanya dengan modal iman sebesar biji sesawi? Dan sudahkan kristiani membuktikan kebenaran test iman tersebut?

5. Dan apa yang terjadi pada lempengan bumi dan manusia yang hidup pada zaman saat pegunungan tersebut berlompatan, terbelah, dibongkar-bangkirkan sampai ke akar-akarnya dan dipindahkan juga ditenggelamkan?

Silahkan berikan tanggapan yang ilmiah dan jika ada catatan sejarah yang mencatat mengenai peristiwa yang sangat spektakuler ini, silahkan disematkan juga pada kolom komentar.

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..:)

1 komentar:

Samuel mengatakan...

Yang dimaksudkan Tuhan Yesus bukan gunung dalam pengertian duniawi tetapi lebih kepada hal spiritual . Gunung adalah sesuatu di alam yang menghalangi kita mencapat tujuan . Kalau kita mau ke suatu tempat dan di ke tempat itu ada gunung maka akan sulit bahkan tidak bisa kita mencapai tujuan . Gunung yang dimaksudkan di sini adalah tantangan dan kesulitan serta persoalan hidup , bukan memindahkan gunung secara fisik .